𝑩𝒆𝒄𝒂𝒖𝒔𝒆 𝒐𝒇 𝒄𝒐𝒍𝒐𝒓𝒆𝒅 𝒑𝒆𝒏𝒄𝒊𝒍𝒔☼︎

609 116 235
                                    

Happy reading!

Liona memandang dengan teliti satu persatu dua belas pensil warna di hadapannya, memilah pensil berwarna apa yang cocok untuk ia torehkan pada gambarannya.

Tak lama, anak perempuan yang sebaya dengan Liona mendatanginya, di tangannya juga terdapat buku gambar. "Ona, aku pinjem warna kuning, ya?"

Dengan cepat Liona menepis pelan tangan temannya itu. "Enggak boleh, Lita! Kamu setiap hari minjem mulu, liat nih pewarna aku pendek, kan, jadinya."

Lita menatap Liona sengit. "Ih pelit! Awas loh kuburannya sempit!"

Liona melotot kesal."Biarin, nanti aku minta sama ayah buat lebarin kuburanku. Makanya bawa sendiri, dong!" balasnya tak terima.

"Alah! Kamu sok-sok banget sih, aku punya besti banyak, kamu enggak!" Pamer Lita sembari melayangkan tatapan sinis pada Liona.

Liona yang merasa memiliki banyak teman tak terima dengan ucapan Lita, seketika ia langsung bangkit dari duduknya. Setelahnya, ia melipat kedua tangannya di depan dada. Tak lupa, sebelum itu, ia lebih dulu menaikkan celana olahraga nya yang sedikit turun akibat duduk tadi.

"Aku juga punya banyak besti tau!" bentak Liona melengking mengundang perhatian teman sekelas mereka.

Dari samping Liona berdiri, muncul seorang anak lelaki, anak tersebut menatap Lita nyalang. "Heh Lita kurus! Kamu jangan gangguin Ona, kamu nggak tau apa kalo aku ini bestinya?!" ujar Iqbal memperingati.

"Siapa yang mau jadi besti aku sama Ona?" tanya Iqbal, teman sebangku Liona, sembari menatap satu persatu teman-temannya.

"Liat, aku ganteng, Ona cantik, kalian pasti nggak akan nyesel jadi besti kami! Kalo kalian jadi bestinya si Lita, kalian bakal ketularan kurus!" sambungnya berusaha meyakinkan teman sekelasnya.

Para murid kelas II itu mulai beradu pendapat, tidak adanya guru yang mengajar membuat mereka bebas ingin melakukan apa.

"Aku mau jadi bestinya Iqbal sama Ona." Raka dengan wajah sombongnya melirik Lita sinis.

Raka jadi teringat, tempo hari lalu ia meminjam penggaris kepada Lita, namun Lita tak mau meminjamkan. Sedangkan Liona dengan senang hati memberi pinjaman kepadanya.

"Kalian jangan milih Ona, dong! Dia itu gendut, nanti kalian ketularan gendut!" ujar Lita kesal.

Iqbal melotot marah mendengar Lita berbicara seperti itu. "Heh! Kamu jangan sembarangan, asal kamu tau ya, Ona itu nggak gendut, tapi-" Iqbal menjeda ucapannya, memikirkan kalimat apa yang tepat untuk membungkam mulut tajam Lita. "Emm, tapi... anu-" Iqbal bingung, karena sebenarnya tubuh Liona memang berisi, Iqbal menatap Liona yang diam saja. "Tapi montok!" celetuknya semangat.

Liona mengangguk semangat lalu menatap Iqbal penuh binar. "Betul, aku itu montok tau, bukan gendut!" ucap Liona sombong.

Lita terdiam mendapat serangan maut dari Iqbal. Kenapa Iqbal belain Liona terus, sih?! Mana Liona udah dapet besti. Batin Lita sembari mengerucutkan bibirnya.

Satu murid berjalan mendekati Lita, tangannya bergerak naik untuk mengusap bahu Lita. "Tenang aja Lit, aku besti kamu," ucap Alfina mantap, memberikan secerca harapan bagi Lita untuk menyombongkan diri.

"Eh, Pina! Kamu katanya suka sama aku, kalo gitu kamu harus jadi besti aku dong!" protes Iqbal melihat Alfina berpihak pada Lita.

Alfina menggeleng tegas. Ia mengusap peluh yang membasahi pipinya. "Males!" balasnya sinis.

"Kok gitu? Kamu mau gosting aku, ya?!" hardik Iqbal tak terima, membuat Liona menatap kearahnya.

"Aku memang suka sama kamu, tapi kamu kan sukanya sama Ona, jadi aku males lah!"

Mendengar ucapan Alfina, Iqbal terbelalak kaget. Kurang ajar! Berani-beraninya Alfina membongkar rahasia besarnya.

Iqbal maju selangkah kedepan, menatap Alfina penuh tantang. Kaos olahraga panjang yang di kenakannya ia tarik sampai sesikunya. "Kamu jangan gitu dong!" bentak Iqbal.

Liona menarik lengan Iqbal, membuat Iqbal mundur kembali ketempatnya.

"Kamu kok marah-marah sama Alfina, sih?" tanya Liona setelah melepaskan tarikannya dari lengan Iqbal.

Iqbal mendengus sebal. "Aku kesel sama dia."

"Bohong! Kata kak Amel, kalo marah tandanya sayang. Berarti kamu sayang sama Alfina?"

Haduh.

Iqbal jadi kelimpungan sendiri menjawab pertanyaan Liona. "Kan kamu besti aku, jadi aku sayangnya sama kamu." Iqbal menunjuk dirinya dan Liona secara bergantian dengan raut serius.

"Eh praninata, kamu mau nggak jadi besti kami?" tanya Iqbal pada anak lelaki yang berdiri tak jauh darinya. Sepertinya Iqbal benar-benar niat mencarikan bestie untuk Liona.

"Emm..." Praninata tampak berfikir. "Yaudah deh, mau."

"Yes!" Iqbal menarik kebawah kepalan tangannya. "Yaudah, karena kamu udah jadi besti kami, kamu boleh nyontek pr punya Ona."

Liona melolot tajam. "Enggak boleh, Bal!" seru Liona setengah berbisik.

"Ish, nanti dia nggak mau jadi besti kita."

"Pokoknya aku gak mau!" Liona membuang muka. Enak saja, Iqbal yang menawarkan, tetapi dirinya yang ditumbalkan.

Praninata menatap Liona dan Iqbal bingung. "Aku juga nggak mau, soalnya PR aku udah selesai."

TBC.

Cerita ini terinspirasi dari adekku yang setiap pulang sekolah selalu punya cerita lucu dan menarik😂

Btw ini aku lagi semangat banget up, soalnya ada yang bilang ke aku kalo ceritaku ya lumayan gitu, aku gatau dia boong atau bnr tapi itu bikin moodku buat menulis jadi good.

Oh iya, mulai sekarang aku gamau lagi nge dm2 pas aku up, aku pernah nge dm bebrrapa orang yang katanya mau feedbackan permanen sama aku, tapi pas di dm itu malah ga dibls. Malu sih, kyk ngemis gitu jatohnya, jadi ydh lah, yg bnr2 niat feedbackan sm aku psti ngesave ceritaku di library-nya.

Yang keberatan aku rajin up langsung skip aja ya:*

Votenya ygy.

I'm okay (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang