10. Teror dan teka-teki

467 80 17
                                    

Serapat apapun kamu menutupi sebuah rahasia, suatu saat pasti akan terbongkar. Ingat, bangkai yg tersembunyi, baunya akan tercium juga.


  Bagi Ilham, Zidan adalah sosok yg misterius. Ia tidak tau bagaimana latar belakang Zidan sedari kecil. Saat Ia menanyakan hal itu pada Zidan, justru Zidan mengalihkan pembicaraan atau terdiam.

•••

  Ilham memasuki rumahnya. Kini sudah waktunya pulang sekolah. Dan seperti biasa, rumahnya sepi. Ia melihat bi Lina yg menghampirinya dengan tangan yg membawa tas belanja.

  "Den, langsung ganti baju ya. Habis itu makan, jangan sampe telat makan apalagi sampe ga makan ya den" ucap Bi Lina.

  Ilham tersenyum, bi Lina tak pernah lupa mengingatkannya untuk makan. Ia mengangguk lalu pergi menuju kamarnya. Hari ini hari yg panjang dan cukup melelahkan bagi Ilham. Apalagi saat mengganti meja tadi, Reza dan 2 temannya itu mengganggu mereka.

  Saat itu Zidan sudah sangat emosi, Ia hampir saja menghajar Reza sebelum Ilham mencegahnya. Hingga acara pergantian meja diwarnai sedikit drama.

•••

  Setelah Ia selesai mengganti seragamnya, Ia pun pergi keruang makannya dengan memakai kaus dan celana panjangnya. Lukanya belum hilang, jadi Ia harus menutupinya.

  "Hah... Sampe kapan semua bakal begini?" monolog Ilham yg sudah duduk di kursinya.

  Hingga saat Ia sedang makan, Ia melihat Gilang yg sudah berganti baju sedang berjalan kearahnya dan duduk dihadapannya.

  "Hai kak" sapa Gilang.

  "Loh? Kok kamu udah pulang? Emang ga ekskul?" Tanya Ilham heran.

  "Nggak kak, hari ini libur dulu" jawab Gilang yg membuat Ilham mengangguk-angguk.

  "Kak, nanti aku ke kamar KK ya. Mau belajar sekalian minta bantuan KK ngerjain pr hehe" ucap Gilang sembari menyengir.

  "Oke"

•••

  Gilang menggarukkan kepalanya yg tidak gatal, sudah beberapa kali Ilham mengajarinya tapi tetap saja Ia masih belum mengerti.

  Ipa, itu adalah pelajaran yg Ia tidak suka setelah matematika, Ia benci hitung-hitungan. Otaknya tidak bisa diajak bekerja sama jika sudah belajar 2 pelajaran itu.

  "Belajarnya pelan-pelan aja dek. Ga usah cepet-cepet malah bikin kamu makin susah ngerti" ucap Ilham yg melihat Gilang masih sulit memahami.

  "Iya kak" ucap Gilang, Ia pun kembali memahami pelajarannya.

  Saat Gilang sedang sibuk memahami pelajaran, Ilham mengambil ponselnya yg berada di laci nakasnya. Iya, Ilham memiliki ponsel.

  Hanya saja Ia jarang menggunakannya, Ia hanya menggunakannya saat ada chat karena takut ada info dari sekolahnya dan jika ada yg telpon saja. Dan saat Ia bosan pun, Ia hanya akan bermain game offline.

  Ia melihat chat dari nomor yg tak dikenalnya, Ia mengerutkan keningnya. Siapa?, pikir Ilham.

  Nikmati sisa hidupmu bocah. Waktumu tak lama lagi

Hati Yang Retak || Alwi Assegaf [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang