19. Pengkhianatan, lagi

453 75 13
                                    


Jika sudah diberikan kesempatan,
bukan berarti seseorang tidak akan
melakukannya lagi.





Dikelas Gilang, Dini dapat melihat kekesalan pada wajah Gilang. Ia menghela nafas, setiap melihat kekesalan Gilang itu pasti ada sangkut pautnya dengan kk nya. Ia pun menghampiri Gilang.

  "Lo kenapa lagi sih Gilang? Gua bosen setiap liat muka kesel lo" ucap Dini jengah.

  "Gua makin benci sama kk gua Din!. Gua benciiii banget sama dia!" emosi Gilang.

  'Udah gua duga' batin Dini malas.

  "Udah sih, daripada susah lo baikan aja sama kk lo!" kesal Dini.

  "Ga akan dan ga akan pernah Din!" sinis Gilang.

  Dini merotasikan matanya, "Jadi... Kenapa lo kesel?" tanya Dini menatap Gilang.

  "Keluarga gua semakin sayang sama kk gua. Mereka jadi lupain kasih sayangnya ke gua!" ucap Gilang emosi.

  "Lo kesel karna itu? Lo harus tau Gilang, ga semua keadaan bakal terus sama. Semua pasti bakal berubah pada waktunya" ucap Dini.

  "Tapi gua ga suka perubahan itu Din" ucap Gilang menghela nafasnya.

  "Siap ga siap, mau ga mau. Lo harus terima perubahan itu Gilang. Lo harus terima keadaan lo setelah perubahan itu" ucap Dini menatap Gilang.

  "Bukannya lo bilang setiap orang pasti pernah berubah?. Keadaan juga pasti pernah berubah Gilang. Cobalah berpikir luas, sebelum kata penyesalan datang" ucap Dini lagi, sedangkan Gilang menatap diam Dini.

  "Nanti istirahat anterin gua ke perpustakaan yuk. Mau anterin buku yg gua pinjem" ajak Dini.

•••

  Sedangkan dikelas Ilham. Ilham menatap Ajeng yg sibuk mendengarkan guru yg sedang menjelaskan. Ia tau, Ajeng marah padanya. Tapi Ia tidak mungkin menjelaskan yg sebenarnya pada Ajeng. Biarlah semua seperti ini, bagi Ilham lebih baik seperti ini daripada sahabatnya itu tau bagaimana dirinya yg sebenarnya.

  "Jeng, Ilham benar-benar minta maaf" gumam Ilham lalu kembali fokus pada guru yg menjelaskan.

  Sedangkan Ajeng yg mendengar permintamaafan Ilham menghela nafasnya, "Gua ga butuh kata maaf lo" gumam Ajeng yg dapat didengar oleh Ilham.

•••

  Dikantornya, David yg sedang sibuk mengerjakan dokumennya dikejutkan oleh kedatangan Dani.

  "Ada apa?" tanya David menatap heran Dani.

  "Kamu masih sibuk?" tanya Dani.

  "Ya, kerjaan masih banyak" jawab David yg kembali mengerjakan dokumennya.

  "Kalau gitu aku ngomong disini aja" ucap Dani yg duduk di sofa sebrang David.

  "Ngomong apa?" tanya David yg tak mengalihkan pandangannya pada laptopnya.

  "Soal Ilham dan Gilang" ucap Dani yg menghentikan kegiatan mengetik David.

  "Kenapa mereka?" tanya David menatap datar Dani. Tapi Dani tau  kekhawatiran yg tertera pada mata David.

  "Gilang gapapa kan?" tanya David lagi.

  "Kurasa mereka berantem. Kayaknya dia ngerasa kalau kami lebih sayang ke Ilham daripada ke dia. Padahal mah bukan begitu" ucap Dani, Ia menghela nafasnya.

Hati Yang Retak || Alwi Assegaf [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang