⚠️𝗞𝗔𝗟𝗔𝗨 𝗠𝗔𝗨 𝗛𝗘𝗕𝗔𝗧, 𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗣𝗟𝗔𝗚𝗜𝗔𝗧⚠️
UPDATENYA GA MENENTU HARI APA
[Baca cerita On Going itu kuncinya sabar]
[Yang ngga sabaran, tempat anda bukan disini ]
Dijodohin sama ketua geng?!
Hmm bagaimana jadinya dijodohi...
Guyss jangn lupa vote sm comment ya karna comment kalian tu mood boster aku banget😁 Apa lagi kalau comment nya tuh pada lucu"
Ingat makin bnyk kalian spam Aku makin semangat nulisnya Hehehe😁😘😘
Typo 📌
-HappyReading-
Memakan waktu agak lama akhirnya sampai pada sebuah bangunan putih besar di depan terlihat, ia memarkirkan motornya dan berlari tergesa gesa. Setelah bertanya dengan perawat, Reyhan dan Vania berlari ke ruangan Bunda. Perlahan tapi pasti. Reyhan membuka sebuah pintu kamar rawat, di sana sudah ada Ayah dan Bang Raffi
Reyhan mengangguk pelan. "Ayah, Bunda nggak akan kenapa kenapa. Ayah, kan, tau kalau Bunda itu wanita terkuat di dunia."
Melepas pelukan dari Reyhan, Ayah menepuk bahu Reyhan dan Bang Raffi. "Ayah salat dulu, ya, Nak? Tolong jagain Bunda dulu. Vania, Ayah titip Bunda sebentar, ya". Ketiganya mengangguk. Reyhan duduk di kursi sebelah brankar,
menyentuh jemari Bunda dengan lembut. Reyhan menangis, menahan apa yang sedari tadi memberontak ingin keluar. Bang Raffi menghampiri Reyhan, menepuk pelan bahu adiknya untuk menenangkan. "Dengan lo nangis kaya gini, Bunda bisa sedih. Kita berdoa, ya, buat Bunda?"
Vania melangkah dan duduk di samping Reyhan, meraih wajah Reyhan untuk menatapnya. Ia mengusap air mata yang agak kering di Pipi laki-laki itu. "Jangan nangis di sini, ya? Nanti Bunda tau bisa sedih."
"Nanti kita salat berjamaah, ya, Van. Berdoa biar Bunda baik-baik aja" Reyhan bersandar pada bahu mungil Vania.
"Temenin gue, ya, jangan ninggalin gue"
Vania mengangguk, matanya terlihat sedih. Ia membuka tasnya lalu meraih kotak makanan yang ia bawa, menyendokkan nasi goreng dan telur, lalu ia arahkan ke mulut Reyhan yang sudah terbuka. "Makan yang banyak biar bisa jagain Bunda."
"Hm." Mulutnya terbuka secara otomatis ketika Vania menyuapkan sesendok nasi.
"Kenapa Bunda masih nutup matanya? Padahal mau lihat mata Bunda!". kembali berkaca-kaca, Reyhan takut sekali kehilangan sosok Bundanya. "Takut Bunda pergi, Nia"
Vania tersenyum simpul. Ia menghadap laki-laki itu, menggenggam jemari Reyhan lalu ia peluk agar Reyhan bisa menangis sepuasnya.
Betul saja, bajunya terasa basah dan suara tangisan Reyhan terdengar."minjem tangannya..." Reyhan meraih jemari Vania. Hati-hati mungil itu ia mainkan sampai dirinya tak sengaja tertidur pulas.
Vania masih mengusap kepala Reyhan, tersenyum simpul mengingat sikap Reyhan seperti anak kecil.
"Vania, kalau lo mau balik duluan gapapa, biar Reyhan jadi urusan gue". ucap bang Raffi.
Bang Raffi mengangguk, laki-laki tampan itu melangkah keluar ruangan untuk mencari makanan.
Tak lama, ayah datang dan bergabung dengan Vania dan Reyhan. "Waktu kamu sekeluarga pindah rumah, Reyhan seminggu nangis mulu nyariin kamu, dia teriak-teriak gini 'Vania jahat! Vania ninggalin Reyhan sendirian!''.
Vania terkikik pelan. Saat ia pamit, Reyhan menariknya untuk tidak pergi. "Aku kira sifat kekanak-kanakannya bakal hilang, Yah"
"Nggak. Kalau Bunda lagi sakit demam, Reyhan tuh ya, yang paling pusing sendiri, nangislah. Manja banget sama Bundanya"
"Reyhan deket banget sama Bunda, Yah?"
"Banget, kalau Bunda sama Ayah lagi pergi seharian, pasti ini anak bawel banget teleponin Bundanya, apalagi kalau Bundanya lagi main sama temen-temen. Wah, anak ini bisa nyamperin biar Bundanya pulang"
"Ya ampun, Reyhan"
"Enghh~~". Erangan terdengar, perlahan mata itu terbuka, matanya masih agak bengkak akibat nangis tadi. Reyhan membalikkan tubuhnya agar bisa memeluk pinggang Vania. "Jangan dengerin Ayah, Nia, nggak bener itu"
"Ye! Dasar anak Bunda"
Si Reyhan tampangnya doang ketua geng tapi dia tuh aslinya mah anak bunda abies-Killa
"Biarin". Reyhan menghirup wangi tubuh Vania, kembali tertidur pulas sampai kaki Vania rasanya ingin patah karena keram melanda.
Keesokan harinya, Bunda harus segera melakukan operasi. Ayah setuju asalkan operasi itu dapat membantu Bunda, malah Reyhan yang merasa takut.
Vania memeluk Reyhan, membawa bayi besar itu untuk keluar ruangan.
Waktu pun berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Reyhan dan Vania masih menunggu operasi Bunda. "Nia, Bunda pasti bakal sehat lagi, kan?"
"Iya, Reyhan. Ini buktinya operasi lancar aja, kok!"
Reyhan mengangguk pelan berusaha percaya, jemarinya memainkan jari-jari kecil Vania. "Aku sayang kamu"
"Hah?"
"Aku sayang kamu!". bisik Reyhan tegas. "Kesayangannya Reyhan cuma boleh sama Reyhan! Nggak boleh sama yang lain!"
"Iyaa"
"Kalau aku kesayangannya kamu, bukan?"
Vania mengigit bibirnya. Dengan gugup,ia mengangguk. "Iya"
"Iya apa, ih!"
"Iya, seorang Reyhan.Alvaro.Fernandez kesayangannya Vania Clarissta Smith"
"Aaaaa.. Vania mah!". rengek Reyhan malu-malu kucing. Ia mentupi wajah merah padamnya"
***
SEPERTI ADA BUMBU-BUMBUCINTA NIH TUMBUH❤️🧚
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.