"Jangan pernah merasa sendirian karena kita berjalan bersama."
.
.
.
—Rayyanza Al-ghifari—
🌺🌺🌺"Mas mau mandi duluan atau aku dulu?" tanya Hunaf berusaha untuk tidak canggung dengan statusnya yang sekarang.
"Kalau kamu mau duluan, boleh? Saya bisa nunggu setelah kamu selesai," jawabnya santai. Hunaf mengangguk, ia meraih handuk diatas tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi. Memakai baju dengan segala riasannya membuat ia merasa gerah, walaupun sering bertemu orang banyak tapi dandanannya tak semenor ini.
Sampai dalam kamar mandi, Hunaf menatap pantulan dirinya dalam cermin kamar mandi. Ia meraba kecil pipinya yang terasa memanas, berdua dengan laki-laki yang baru ia kenal rasanya begitu aneh. Ia tak tahu dengan pasti, tapi itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Kamu harus terbiasa, Hunafah. Mulai sekarang, nggak boleh terlalu galak. Nggak boleh sering marah, harus bisa kalem. Murah senyum, semua demi suami. Kok aku geli pas nyebut kata suami," kekehnya.
Ia jadi terkikik sendiri dalam kamar mandi, entah kenapa dia bisa jadi sebahagia ini. Padahal beberapa waktu lalu ia masih sedih karena rencana pernikahannya yang pertama gagal. Lalu sekarang ia merasa sangat bahagia karena sudah menikah dengan orang lain, rencana Allah benar-benar indah. Ia memberikan kesedihan terlebih dahulu lalu memberikan kebahagiaan setelahnya.
"Mending aku mandi sekarang, kasihan tuh orang nunggu lama," gumamnya. Ia kemudian memulai ritual mandinya.
🌺🌺🌺
Hunaf keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian rapi dan handuk yang menutupi rambutnya yang basah. Ia menatap ke arah kasur dimana suaminya tadi berada, laki-laki itu ternyata sudah merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Apakah mandi Hunaf terlalu lama atau laki-laki itu yang terlalu mengantuk. Hunaf menyiapkan baju ganti untuk suaminya terlebih dahulu sebelum membangunkan suaminya.
Hunaf kemudian berjalan mendekati tempat tidur, ia berdiri disamping kanan tempat tidur tepat disebelah suaminya merebahkan diri.
"Mas, bangun. Mandi dulu," panggil Hunaf pelan. Ia sebenarnya tak tega ketika melihat wajah lusuhnya tapi ia harus membersihkan diri dulu baru bisa tidur, ini juga masih siang. Masih banyak waktu untuk tidur siang.
"Mas, bangun dulu. Kamu mandi dulu baru tidur lagi." Sekarang Hunaf menyentuh pelan bahu suaminya agar bisa membuat laki-laki itu terbangun dari tidurnya.
"Mas!"
Yanza tiba-tiba membuka matanya, ia menatap lekat ke arah Hunaf yang berdiri di samping tempat tidur.
"Ah, iya! Maaf, saya ketiduran," ucap Yanza seraya mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tidak papa, mas mandi dulu sekarang. Baju kamu udah aku siapin, kalau udah selesai ganti di sini aja, aku mau ke bawah dulu sebentar." Yanza diam sejenak lalu setelahnya mengangguk sebagai jawaban.
Hunaf berjalan keluar meninggalkan suaminya sendirian yang hendak mandi. Yanza menatap punggung Hunaf yang sudah hilang dibalik pintu. "Ya Allah, kokohkan cinta hamba untuk istri hamba sampai nanti hanya maut yang memisahkan."
Setelah itu, Yanza masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya terasa lengket dengan keringat.
🌺🌺🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [End]
General FictionDitinggalkan calon suaminya menjelang hari pernikahan: Sedih, hancur, kecewa, mati rasa❌ Dilamar, dinikahin dan diratukan oleh yang lebih baik☑️ ___ Start : 7 Mei 2022 End: 28 September 2022