“Tetaplah berdiri tegak meskipun satu dunia berusaha menjatuhkanmu.”
.
.
.
—Author—
🌺🌺🌺“Aku itu nggak papa mah, nggak perlu sampai dirawat inap juga. Ini paling selesai minum obat langsung sembuh,” ucap Hunaf. Ia menolak untuk dirawat dirumah sakit walaupun Rania bersikeras agar tetap dirawat. Bagi Hunaf, wanita itu terlalu berlebihan. Dirinya hanya demam biasa tak sampai dirawat juga.
“Nggak papa apanya sih, nak. Badan kamu itu panas banget, kata dokternya juga boleh kok dirawat. Jadi kamu harus nurut buat dirawat inap, kalau Yanza datang juga pasti setuju sama mamah.” Rania masih tetap pada keputusan awalnya.
“Aku nggak papa, mah. Aku mau pulang aja, bau rumah sakit nggak enak, aku nggak suka. Aku mau pulang aja, please!” Rania tetap menggeleng tak setuju walaupun sebenarnya ia juga kasihan melihat Hunaf memohon seperti itu. Ini juga demi kebaikan dirinya sendiri.
“Nggak sayang, kamu tetap harus dirawat. Setidaknya untuk beberapa hari ke depan,” tegas Rania.
“Aku nggak mau mah, mau pulang aja. Please aku mau pulang aja,” rengeknya seperti anak kecil. Tapi itu tidak membuat keputusan Rania gitah sedikitpun, ia tetap pada pendiriannya.
“Pokoknya mamah bilang nggak ya nggak! Kamu harus tetap dirawat di sini, besok aja kamu pulangnya,” tegas Rania lagi. Ini udah keputusan yang paling terbaik, dirawat sehari baru bisa pulang ke rumahnya.
“Yaudah deh,” pasrah Hunaf.
“Kamu tunggu di sini dulu, mamah mau nyari sarapan buat kamu. Mamah sampai lupa kalau kamu belum makan, kalau Yanza ke sini. Bilang mamah keluar sebentar,” pamit Rania.
“Iya,” sahut Hunaf pasrah.
“Udah nggak usah gitu amat! Ini juga demi kebaikan kamu sendiri, mamah keluar sebentar. Assalamu'alaikum!”
“Waalaikumus salaam!”
Rania keluar dari ruang rawat Hunaf. Ia keluar untuk mencari sarapan untuk dirinya dan Hunaf. Karena buru-buru ke sini, mereka bahkan tak sempat untuk sarapan.
Pintu ruangan itu kembali terbuka, muncul seorang laki-laki dengan wajah khawatir dan panik yang sudah bercampur aduk. Ia langsung berlari masuk ke dalam dan mengecek satu persatu bagian tubuh sang istri karena saking khawatir nya.
“Kamu baik-baik aja ‘kan? Mana yang sakit? Kok kamu bisa tiba-tiba sakit sih?” tanya Yanza beruntun. Hunaf sendiri kaget dibuatnya.
“Aku nggak papa, mas. Cuman panas biasa kok, kamu nggak usah lebai kayak mamah deh. Aku yang baik gini disuruh rawat inap, aku itu nggak suka bau rumah sakit mas. Kita pulang aja yuk!” Hunaf mengajak sang suami untuk pulang mumpung mertuanya sedang diluar.
“Nurut aja ya, ini juga demi kebaikan kamu. Mamah pasti lakuin ini karena nggak mau kamu kenapa-napa, dia itu sayang banget sama menantunya,” tutur Yanza. Wajah Hunaf sudah memelas.
“Tapi mas---”
“Nurut ya, cuman sehari atau dua hari, Naf. Abis itu kita jalan-jalan, katanya kemarin mau ketemu anak panti. Kalau kamu sakit gini mana bisa ketemunya, kamu harus sehat dulu baru kita bisa ke sananya.” Hunaf nampak diam, sepertinya ia sedang berpikir sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
With You [End]
Ficção GeralDitinggalkan calon suaminya menjelang hari pernikahan: Sedih, hancur, kecewa, mati rasa❌ Dilamar, dinikahin dan diratukan oleh yang lebih baik☑️ ___ Start : 7 Mei 2022 End: 28 September 2022