24. Saya-Mas

505 44 10
                                    

“Allah itu pencemburu, maka ketika kamu mencintai ciptaannya secara berlebihan dia menegurmu lewat patah hati yang teramat menyakitkan.”
.
.
.
—Author—
🌺🌺🌺

Hunaf yang sedang bersantai dikamarnya tiba-tiba merasa lapar dan ingin segera diisi dengan makanan. Ia kemudian turun ke lantai bawah, untuk sementara waktu Hunaf dan Yanza tinggal dirumah Rania atas permintaan wanita itu. Hunaf tentu menerima dengan senang hati, ia akan memiliki teman ketika ditinggal kerja oleh suaminya. Sebenarnya Yanza belum mau masuk kerja karena ingin menjaga Hunaf tapi istrinya menyakinkan kalau dia baik-baik saja dan alhasil Yanza yang mengalah.

“Loh, mas udah pulang?” Hunaf kaget ketika melihat suaminya sedang duduk santai diruang tengah.

“Kamu ngapain turun, kalau butuh sesuatu bisa panggil bibi aja,” celetuk suaminya khawatir, Hunaf hanya bisa menanggapi dengan senyum tipis.

“Aku nggak papa kok mas,” balas Hunaf.

“Nggak papa apanya? Sini duduk aja, biar saya ambilkan apa yang kamu inginkan,” ucap Yanza. Ia langsung membawa sang istri untuk duduk di sofa yang semula ia duduki.

“Kamu mau apa?” Yanza berjongkok di depan sang istri yang sudah duduk manis di sofa dengan kedua tangan sang istri yang ia genggam.

“Laper, mau makan!”

“Tunggu sebentar, saya buatkan dulu makanan spesial untuk kamu.” Yanza berdiri hendak berjalan menuju dapur, suara Hunaf membuat langkah kakinya terhenti sejenak.

“Mas!”

“Iya, kenapa?”

“Jangan saya-kamu lagi tapi mas-kamu walaupun bukan aku-kamu, nggak enak di denger. Sebenarnya dari dulu aku pengen ngomong ini tapi takut kamunya marah, pas kemarin kamu ngomong mas-kamu aku suka banget,” tuturnya.

“Baiklah istri mas yang cantik!”

“Makasih mas!”

“Sama-sama, sudah mas harus ke dapur mau masak. Kasihan istri mas kalau sampai kelaparan,” ucapnya yang langsung diangguki oleh Hunaf.

Yanza sudah menghilang menuju dapur, kini tinggal Hunaf yang duduk santai di sofa atas perintah suaminya. Tak ingin suaminya marah, ia menurut saja dari pada kena ambekan. Hunaf bersender di senderan sofa seraya memejamkan matanya, tak lama ia merasakan ada sesuatu yang menggelikan menyapu kakinya.

Hunaf sontak membuka matanya lalu terbelalak melihat apa yang kini tengah berdiri sambil menggesekkan tubuhnya di kaki Hunaf. Itu sangat menggelikan bagi Hunaf.

“AAAA! BUNDA! AYAH!” jerit Hunaf yang reflek melompat ke atas sofa yang semula ia duduki.

Hunaf terus menjauh ketika anak kucing itu ikut melompat ke atas sofa yang sama dengannya.

“AAA!!! BUNDA! AYAH! TOLONG!!” jerit Hunaf semakin keras, Yanza yang berada didapur berlari dengan sangat khawatir mendengar jeritan sang istri di ruang tengah.

“Ada apa? Kenapa?” tanya Yanza khawatir, ia langsung menghampiri sang istri yang tengah berdiri di atas sofa.

“Itu! Itu siapa yang punya? Tolong jauhin dari aku, jauhin dari aku!” Yanza melirik anak kucing yang kini berdiri di depan Hunaf sambil mendongak ke atasnya.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang