04. Kerja sama

851 68 5
                                    

“Allah Maha membolak-balikan hati seseorang. Jadi, jangan kaget jika kemarin kamu masih bersedih lalu sekarang kamu kembali bahagia.”
.
.
.
—Rayyanza Al-ghifari—
🌺🌺🌺

“Akhirnya ibu bos kembali masuk, lama banget liburnya kayak orang mau nikahan aja,” celetuk Rissa ketika melihat Hunaf kembali masuk kerja.

“Gue emang nikah,” sahutnya nampak santai. Rissa melotot, sedetik kemudian ia tertawa. Hunaf memang akan menikah tapi pernikahannya gagal karena calon suaminya pergi.

“Gue tahu lo baru gagal nikah tapi jangan sampai bikin lo kepikiran sampai segininya,” timpal Rissa khawatir. Ia takut jika gagalnya pernikahan itu memperngaruhi mental Hunaf, tidak ada wanita yang akan baik-baik saja ketika pernikahan yang diimpikannya gagal.

“Kalau nggak percaya juga nggak papa, nggak penting juga. Yang penting gue emang udah nikah,” seloroh Hunaf. Ia melenggang pergi meninggalkan Rissa menuju ruangan nya.

Rissa mengejar Hunaf. “Naf, tunggu! Gue lupa ngasih tahu sesuatu sama lo,” teriak Rissa.

Hunaf berhenti lalu berbalik menatap Rissa yang nampak ngos-ngosan padahal ia baru berlari baru beberapa langkah. “Apa?” tanyanya.

“Ada beberapa proposal pengajuan kerja sama yang harus lo lihat, gue udah simpan di laci meja lo. Ada dari perusahaan RA company juga, itu adalah satu-satunya perusahaan terbaik yang mengajak kerja sama dengan perusahaan kita sejauh ini,” jelas Rissa.

“Oke.” Hunaf kembali melangkah menuju ruangannya. Ia harus memeriksa proposal kerja sama itu sebelum menyetujuinya dan menandatangani kontrak kerja sama.

🌺🌺🌺

“Bagaimana dengan proposal kerja sama kita dengan perusahaan HZ company, apakah sudah disetujui?” tanya seorang laki-laki yang tengah sibuk dengan laptopnya.

“Belum, pak. Mungkin hari ini kita akan mendapatkan jawabnya karena CEO-nya baru masuk hari ini karena ada urusan keluarga,” jelas sekretarisnya itu.

“Baik, kamu boleh kembali.”

“Apa bapak Yanza mau saya buatku teh atau kopi?” tanya Laras, sekretaris Yanza. Laki-laki itu menatap datar ke arah Laras yang justru tersenyum manis ke arahnya.

“Tidak usah, ini masih pagi,” tolaknya.

“Justru itu, pak. Siapa tahu dengan bapak minum kopi atau teh bisa jadi lebih semangat kerjanya,” imbuhnya. Senyum manis tak hilang dari sudut bibirnya.

“Saya tidak suka kopi ataupun teh jadi kamu kembali saja ke ruanganmu,” ucap Yanza masih sopan.

“Tapi pak, saya---”

“Saya bilang kembali saja keruangan kamu atau perlu saya menyeret kamu dari sini menuju ruang kerja kamu sekarang!” Laras terlonjak kaget.

Laras menundukkan kepala takut, di hati pertamanya bekerja ia sudah membuat atasannya marah. Pasti setelah ini hidupnya tidak akan tenang, ia berdoa dalam hati supaya tidak dipecat setelah ini.

“Maaf pak. Saya permisi kalau begitu,” ucapnya lalu menghilang dari sana. Yanza kembali duduk karena yadinia reflek berdiri, bibirnya beristighfar seraya mengusap wajahnya kasar.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang