"Kematian adalah jembatan yang menghubungkan orang yang mencintai dengan yang dicintainya."
.
.
.
-Jalalluddin Rumi-
🌺🌺🌺
"Door!!""Allahu akbar!! Rissa, ish!!" Hunaf mengusap dadanya pelan. Ia dibuat kaget oleh Rissa yang tiba-tiba datang dan mengejutkan dirinya dengan berteriak seperti itu.
"Ciee, udah punya suami mah beda," goda Rissa. Hal itu langsung membuat kedua pipi Hunaf memerah karena malu. Untuk pertama kalinya ia digoda oleh orang lain pasalnya ini kali pertamanya pernikahannya diketahui oleh publik.
"Iya dong," sahut Hunaf bangga yang membuat Rissa mendengus sebal.
"Sombongnya," ucap Rissa.
"Biarin, wleee." Hunaf bahkan menjulurkan lidahnya ke arah Rissa.
"Loh kapan nikahnya sih? Kok gue nggak diundang, dasar temen yang durhaka. Teganya bahagia tanpa gue," kesal Rissa.
"Waktu gue izin itu loh, gue juga udah bilang kalau libur gue nikah tapi loh aja yang kagak percaya," jelas Hunaf.
"Gimana mau percaya, tampang loh itu serius banget jadi kurang yakin guenya," sela Rissa.
"Heh manusia, justru orang lagi serius itu yang bisa loh percaya. Bodoh apa gimana sih? Heran gue," ujar Hunaf berusaha sabar.
"Iya kah?"
"Ya Allah, gue nyerah ngomong sama loh, persis kayak dua sepupu curut gue tahu nggak loh?"
"Yeh, dibandingkan dua sepupu loh itu, masih mendingan gue lah. Dua orang itu cuman bisa berantem doang kerjaannya kalau ketemu, gue juga kadang kesal sendiri lihat tingkah mereka berdua tahu nggak?" Rissa bercerita dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Nah itu, gue pengen hidup damai, aman dan tentram tapi semesta mengirimkan gue dua orang seperti mereka yang sangat menguji kesabaran gue setiap kali ketemu," cerita Hunaf.
"Untung bukan sepupu gue," samber Rissa.
"Untung banget loh, walaupun gitu, gue tetap sayang sama mereka berdua, meskipun suka bikin kesel. Kevin sama Denis itu selalu ada buat gue, selalu lindungi gue dalam ke adaan apapun dan kapanpun sebisa mereka. Nah, maka dari itu gue nggak bisa marah beneran sama mereka, palingan cuman suka kesal sama tingkahnya ya astagfirullah itu."
"Eh, btw. Loh pulang sendiri, nggak dijemput sama paksu?" tanya Rissa penasaran.
"Nggak deh kayaknya, 'kan gue bawa mobil sendiri," balas Hunaf membuat Rissa manggut-manggut.
"Loh udah ngisi belum?" Hunaf menatap aneh ke arah Rissa? Ngisi? Apa maksudnya itu?
"Ngisi?"
"Maksudnya hamil, astaghfirullah. Jangan pura-pura polos deh loh ya, nikah udah lama nggak mungkin loh masih polos. Dikode doang loh langsung ngerti apalagi dijelaskan secara rinci," ucap Rissa sebal.
"Oh itu, udah dong." Hunaf tersenyum bahagia sambil mengusap perutnya yang rata itu.
"Seriusan?"
"Iya dong, masa boongan."
"Duh ponakan tante, sehat-sehat dalam perut bunda kamu ya sayang. Nanti kalau udah keluar, kita main bareng sekaligus ngabisin uang ayah sama bunda kamu yang banyak ini."
"Apaan sih? Jangan ngajarin anak gue yang nggak bener, bapaknya aja nggak pernah ngajarin dia kayak gitu. Walaupun dia lahir ditengah keluarga yang berada bukan berarti dia bisa foya-foya. Hidup di dunia ini cuman sekali, jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain. Jika punya harta yang banyak jangan dihamburkan cuma-cuma, bagikan kepada orang yang membutuhkan. Di luar sana banyak orang yang mati-matian kerja demi mencari sesuap nasi, sedangkan kita yang punya lebih buang sana sini. Alangkah baiknya kita memberikan pada mereka yang membutuhkan, membantu sesama itu dapat pahala loh, Rissa."
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [End]
General FictionDitinggalkan calon suaminya menjelang hari pernikahan: Sedih, hancur, kecewa, mati rasa❌ Dilamar, dinikahin dan diratukan oleh yang lebih baik☑️ ___ Start : 7 Mei 2022 End: 28 September 2022