Happy Reading
🌺🌺🌺
“Hunaf, bangun.”Samar-samar suara itu menyapa indra pendengaran sang empu yang masih terlelap dalam tidurnya. Jika dilihat, ia begitu nyenyak hingga suara itu membuatnya terganggu.
Perlahan netra indah itu terbuka, fokusnya tertuju pada seseorang yang kini tengah berada di samping kanannya.
“Bunda,” gumam Hunaf sembari mengumpulkan nyawanya.
“Bangun dulu yuk, kamu belum sholat ashar kan?”
Hunaf mendudukkan dirinya, ia terdiam beberapa saat. Seingatnya tadi terakhir ia sedang berada di rumah sakit tapi kenapa dia sudah berada dirumahnya.
“Bunda keluar dulu ya,” pamit Hanif.
“Iya, Bun.”
Hunaf melirik ke arah tangannya, ia mengingat dengan sangat jelas kalau tangannya itu ia goreskan dengan jarum infus tapi kenapa sekarang sudah tidak ada bekas sama sekali, secepat itukah sembuhnya?
“Apa itu hanya mimpi?”
Hunaf hendak turun dari tempat tidurnya, ia tanpa sengaja melihat sebuah novel yang berada di sampingn kirinya.
“Ini punya siapa?” Ia mengambil novel itu, terlihat menarik dimatanya hingga lembar demi lembar ia buka.
“Kok sama kayak yang gue alami? Apa gara-gara baca novel ini jadi kebawa mimpi?”
Jika itu mimpi mengapa rasanya begitu nyata, ia teringat dengan jelas bagaimana mobil suaminya jatuh ke dalam sebuah jurang. Ia yang sudah seperti orang gila karena suaminya yang meninggal dalam kecelakaan itu, bahkan hampir mengakhiri hidupnya sendiri. Itu semuanya terasa sangat nyata.
“Ceritanya sama persis dengan yang gue mimpiin.”
Hunaf membaca dari awal, itu benar-benar sama persis sampai membuatnya jadi bingung.
“Kok gue jadi takut ya,” gumamnya.
Karena penasaran, Hunaf langsung membuka lembaran terakhir atau endingnya. Ia melotot, ternyata endingnya benar sama seperti yang ia mimpikan.
“Kasihan banget, jangan sampai suami gue kayak suami dia. Eh, emangnya gue punya suami?” Dia tersadar, ternyata dirinya belum punya suaminya. Suaminya itu hanya ada dalam mimpinya.
“Ngadi-ngadi, gini nih kalau jadi anak halu. Parah banget sampai ke bawa mimpi,” kekeh Hunaf.
“Mending gue sholat.”
Hunaf berlari masuk ke dalam kamar mandinya untuk mengambil wudhu.
🌺🌺🌺
“Ayok! Kok diam aja di situ.”
Hunaf melangkah dengan pelan, sebenarnya ia sangat malas rasanya. Mengapa orang tuanya malah menjodohkan dirinya, padahal ini bukan jaman Siti Nurbaya yang masih jaman perjodohan.
“Yah, pulang aja yuk. Aku nggak mau di jodohin kayak gini, yah.”
“Temen ayah udah mau nyampe masa iya kita pulang sih? Setidaknya kamu kenalan dulu sama dia, kalah nggak suka bisa bicarakan lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [End]
General FictionDitinggalkan calon suaminya menjelang hari pernikahan: Sedih, hancur, kecewa, mati rasa❌ Dilamar, dinikahin dan diratukan oleh yang lebih baik☑️ ___ Start : 7 Mei 2022 End: 28 September 2022