25. Drakor

417 39 30
                                    

"Cintai dulu penciptamu sebelum kamu berani mencintai ciptaannya."
.
.
.
-Author-
🌺🌺🌺

"Mas!"

"Dalem sayang!"

Hunaf tersenyum tipis mendengar jawaban suaminya. Tangannya meraih tangan sang suami untuk mengusap kepalanya, sedangkan sang suami sedang fokus pada laptop karena banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Melihat sang istri yang begitu, Yanza lalu mengetik dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengusap kepala Hunaf.

"Aku denger-denger sekretaris baru kamu cewek ya?" Yanza menghentikan ketikannya, ia menoleh ke arah sang istri yang berbaring di pahanya.

"Kok tiba-tiba bahas sekretaris, mas? Lagian kamu tahu dari mana kalau sekretaris baru mas itu cewek?"

"Jadi, maksudnya aku nggak boleh tahu gitu?" sewot Hunaf.

"Bukan gitu, sayang. Mas cuman nanya kamu itu tahu dari mana?" Tangan Yanza mengusap lembut kepala sang istri, sesekali ia menunduk guna mengecup kepala Hunaf.

"Kok kamu nanya lagi aku tahu dari mana? Waktu itu kamu datang sama dia pas tanda tangan kontrak kerja sama kita 'kan?"

Ah, iya. Yanza baru ingat itu. "Oh, iya. Mas baru ingat, sayang." Hunaf mencebik, bibirnya sudah maju mengomel tanpa suara.

"Kemarin aku nonton drakor," ungkap Hunaf.

"Oh ya, terus?" tanya Yanza antusias.

"Kamu tahu judulnya apa?"

Yanza menggeleng. "Emang judulnya apa?" imbuhnya bertanya.

"Whats wrong with secretary Kim!"

"Emang dramanya cerita tentang apa?" Yanza masih tetap bertanya karena memang belum tahu apa-apa.

"CEO yang jatuh cinta sama sekretaris nya," ceplos Hunaf kesal. Yanza tiba-tiba terdiam kaku, sekarang ia tahu maksud Hunaf bertanya tentang sekretarisnya.

"Kamu tahu ABP?"

"Apa itu?"

"A Bussiness Proposal!"

"Cerita tentang apa?" Yanza tetap bertanya, jika dia diam saja takutnya Hunaf akan tambah kesal dengannya.

"CEO yang jatuh cinta sama pegawainya sendiri." Yanza lagi-lagi hanya bisa terdiam, ia bingung harus mengatakan apa lagi sekarang.

"Dikantor nggak ada yang deketin kamu 'kan? Atau sekretaris kamu nggak tepe-tepe sama kamu 'kan?" tanya Hunaf menatap ke atas tepat ke arah sang suami.

Yanza membenarkan duduknya yang semula serong kanan kini kembali lurus ke depan dan tatapan matanya bertemu dengan netra coklat milik Hunaf. "Kamu takut mas tergoda sama mereka?"

"Takut sih nggak ya tapi waspada aja, jaman sekarang orang bisa lakuin hal yang bahkan diluar nalar hanya untuk melancarkan segala rencana mereka," sahut Hunaf.

"Nggak perlu khawatir, sebanyak apapun godaan yang datang tapi di sini...." Yanza menarik lembut tangan Hunaf untuk menyentuh dadanya sehingga detak jantungnya bisa Hunaf rasakan. "Hanya akan diisi oleh nama kamu."

"Tahu nggak mas?"

"Apa?"

"Aku lebih baik kehilangan dari pada harus berbagi sesuatu yang memang tidak seharusnya aku bagi dengan orang lain," jelasnya.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang