“Jika kamu bersedih, saya siap jadi tempat untuk kamu bersandar.”
.
.
.
—Rayyanza Al-ghifari—
🌺🌺🌺“Mas kalau mau tidur siang, tidur aja di sini. Aku tinggal sebentar, masih ada beberapa kerjaan aku yang belum selesai karena ngurus pernikahan kita.” Yanza tak menjawab, ia justru menatap lekat wajah Hunaf seperti ingin mengatakan sesuatu.
“Mas, kamu nggak papa? Atau kamu merasa tidak nyaman di sini?” tanya Hunaf khawatir, ia menyadari tatapan mata suaminya yang sedikit berbeda.
“Bolehkah saya memeluk kamu?” Hunaf terdiam untuk sejenak, ia berusaha menetralisir jantungnya yang kembali berdetak kencang saat mendengar permintaan suaminya itu.
“Apakah boleh?” ulangnya bertanya ketika tak kunjung mendapatkan respon dari sang suami.
Hunaf buru-buru tersadar, ia tersenyum tipis lalu mengangguk. Ia kemudian mendekat ke arah Yanza dan langsung memeluk tubuh laki-laki itu walaupun ada sedikit rasa gugup dalam dirinya. Sebisa mungkin ia menghilangkan itu, sekarang dirinya harus terbiasa dengan situasi seperti ini.
“Terima kasih,” ucapnya lembut.
“Tidak perlu berterima kasih, kamu berhak mendapatkannya.” Hunaf mengusap pelan punggung suaminya.
“Kapan kamu mulai bekerja lagi?” Hunaf nampak berpikir, ia sebenarnya masih ingin libur tapi pekerjaan akan semakin menumpuk jika semakin lama ditinggalkan.
“Belum tahu sih mas, tapi kayaknya masuk cepat. Kasihan juga mereka dikantor ngurus pekerjaan sedangkan aku enak-enak istirahat di rumah,” jawabnya.
Yanza mengangguk pelan. “Kerjanya jangan terlalu keras, yang bertugas mencari nafkah itu saya. Kalau kamu mau istirahat dirumah aja nggak papa, biar saya yang kerja.” Hunaf tersenyum. Ia melepaskan pelukan pada sang suami.
“Iya kanda!” Hunaf terkekeh setelah menyebut itu. Yanza ikut terkekeh melihat Hunaf yang terkekeh.
“Dinda senang?” tanya Yanza.
Hunaf tertawa. “Senang banget, kanda! Kanda juga senang?”
“Jika Dinda senang makan kanda juga akan ikut senang,” timpalnya. Hal itu membuat Hunaf semakin tertawa.
“Jangan berlebihan tertawanya, itu nggak baik,” tegur Yanza. Hunaf seketika langsung menghentikan tawanya.
“Maaf,” sesalnya.
“Tidak papa, mau mas bantuin nggak kerjanya,” tawar Yanza.
“Boleh, ayok!” Hunaf menarik tangan Yanza menuju ruang kerjanya yang berada tepat disamping kamarnya.
🌺🌺🌺
“Mas lapar nggak?” tanya Hunaf. Mereka sudah selesai mengerjakan pekerjaan kantor Hunaf, sekarang masih berada diruang kerja tapi perut Hunaf sudah minta diisi.
“Sedikit,” sahutnya.
“Gimana kalau kita keluar cari makan sekaligus belanja, kebetulan bunda aku belum belanja bulanan. Kita sekalian aja, gimana?” tanya Hunaf antusias.
“Saya terserah kamu aja,” timpalnya. Hunaf tersenyum mendapatkan jawaban dari Yanza. Ia lalu berdiri hendak berjalan keluar, ia berbalik menatap suaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/310094867-288-k625475.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [End]
Ficção GeralDitinggalkan calon suaminya menjelang hari pernikahan: Sedih, hancur, kecewa, mati rasa❌ Dilamar, dinikahin dan diratukan oleh yang lebih baik☑️ ___ Start : 7 Mei 2022 End: 28 September 2022