01. Akad

3.4K 136 3
                                    

“Ketika Allah mengambil sesuatu darimu dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik dari itu.”
.
.
.
—Hunafah Zalika—
🌺🌺🌺


“Saya terima nikah dan kawinnya Hunafah Zalika binti Farhan Hasbi Abdillah dengan mas kawin emas 100 gram serta uang tunai sebesar 100 juta rupiah dan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!” Hanya dengan sekali tarikan nafas.

“Bagaimana saksi?”

“Sah!”

“Sah!”

Semuanya bernafas lega setelah akad tersebut berjalan dengan lancar. Rasa haru kini menyelimuti kedua keluarga besar, pernikahan yang tergolong dadakan itu akhirnya terlaksana dengan baik.

“Mempelai wanita dipersilahkan untuk mencium tangan mempelai laki-lakinya,” instruksi pak penghulu.

Dengan perasaan yang berdebar, Hunaf meraih tangan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya beberapa detik yang lalu itu untuk ia cium. Awalnya ia merasa ragu, tapi setelah mendapatkan tepukan di punggungnya yang dilakukan oleh bundanya membuat ia yakin untuk melakukan itu.

“Selanjutnya pemasangan cincin untuk kedua mempelai,” imbuh pak penghulu.

Laki-laki yang duduk disamping Hunaf mengambil sebuah cincin yang sudah tersedia dimeja depannya lalu disematkan ke jari manis Hunaf. Senyum manis yang ditunjukkan oleh sang suami membuat jantung Hunaf semakin berdebar. Setelah suaminya selesai memasang cincin, kini giliran Hunaf lagi yang memasang cincin ditangan laki-laki itu.

“Terima kasih karena telah menerima saya untuk menjadi suami kamu.” Hunaf semakin tak bisa bernafas dengan lega ketika bibir suaminya mendarat di atas keningnya. Hembusan nafas yang hangat itu begitu terasa ketika menyapu keningnya.

“Terima kasih juga karena telah memilihku untuk menjadi istrimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Terima kasih juga karena telah memilihku untuk menjadi istrimu.” Cukup lama mereka dalam posisi itu, anggota keluarga lainnya yang melihat itu hanya bisa mengulas senyum sambil menatap satu sama lain.

“Ekhem!!”

“Disini masih banyak orang loh?” Hunaf menjauhkan diri dari sang suami ketika mendengar godaan dari yang lainnya. Setengah mati ia menahan malunya, dulu ia yang sering menggoda yang lain sekarang dia yang digoda.

“Ciee yang malu-malu!” goda yang lainnya. Hunaf benar-benar malu sekarang, andaikan ada pintu kemana saja doraemon, ia pasti sudah menghilang dari sini sekarang.

“Cie teh Una udah nggak jomblo lagi! Sekarang udah punya pawang! Pasti habis ini nyicil ponakan ‘kan?”

“Delisa!” tegur Hanif. Bocah sepuluh tahun ini tahu dari mana hal begitu, pasti ini adalah ajaran sesat dari saudranya yang lain.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang