10. Cerita unik

659 56 3
                                        

“Jatuh cinta dan kebodohan itu hanya beda tipis, bijaklah dalam membedakan keduanya.”
.
.
.
—Author—
🌺🌺🌺

Waktu sudah malam, hari ini Rania menginap dirumah putranya. Ia harus mengurus keberangkatan anak dan menantunya besok pagi. Setelah diminta pergi oleh Rania, baik Hunaf maupun Yanza tak bisa menolak atau membantah. Yanza yang sudah mengenal baik mamahnya pasti tau, wanita itu tipikal orang yang ketika sudah memutuskan sesuatu pasti harus tetap dilakukan kecuali ada halangan yang sangat mendesak.

“Mamah istirahat aja di kamar, kita bisa kok beres-beres sendiri,” ucap Hunaf merasa tak enak dibantu oleh Rania.

“Nanti aja, mamah mau bantu kalian dulu biar cepet selesainya. Lagian mamah juga belum ngantuk ini,” sahut Rania. Tangannya masih tetap merapikan baju yang akan dibawa pergi oleh anak menantunya.

“Sebenarnya kita nggak perlu repot beres pakaian kayak gini,” timpal Yanza yang baru muncul. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celananya.

“Kalau nggak bawa pakaian, emang mau pakai apa di sana? Pakai daun?” sarkas Rania.

“Ngapain risau kalau ada ini, ini dan ini juga.” Yanza mengeluarkan tiga black card miliknya dan meletakkan di atas tempat tidur disamping Hunaf.

“Kenapa nggak ngomong dari tadi bapak Rayyanza,”  kesal Rania. Ia hendak memukul anaknya karena kesal tapi untungnya lebih dulu ditahan oleh Hunaf.

“Baru keinget, Yanza suka lupa kalau punya begituan,” nyengirnya. Rania mengusap dadanya, untung saja anaknya modelan Yanza hanya satu dan satu-satunya.

“Astaghfirullah!”

“Terus ini gimana? Sayang kalau dibongkar lagi?” tanya Hunaf dengan wajah polosnya.

“Udahlah, biarin kayak gitu aja,” ucap Yanza enteng. Hunaf menghela nafas pasrah, ia kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur.

🌺🌺🌺

“Kenapa?” tanya Yanza sembari menoleh ke arah sang istri. Perempuan itu hanya berguling ke sana-kemari, seperti ada sesuatu yang tengah menganggu pikirannya.

“Aku nggak bisa tidur, mas.”

“Kenapa? Kepikiran soal bulan madu? Atau kamu udah nggak sabar?” Hunaf menatap tajam laki-laki itu.

“Pikiran kamu bisa kotor juga ya mas,” tuding Hunaf. Yanza hanya menanggapi dengan senyum tipis.

“Pikiran saya hanya akan kotor kalau lagi sama kamu aja kok, sama yang lain bersih seputih salju,” timpalnya.

“Belajar dari mana kata-kata kayak gitu?” tanya Hunaf.

“Kamu pikir saya cupu yang nggak tahu kata-kata kayak gitu, saya suhunya nih?” Yanza mengedipkan mata sebelah. Bukannya membuat Hunaf salting malah justru membuat perempuan itu bergedik ngeri.

“Gini nih kalau buaya lepas kandangnya,” ledek Hunaf.

“Apa kamu bilang?” Hunaf nampak takut ketika Yanza justru menindih tubuhnya dengan posisi yang sangat dekat. Jarak wajah keduanya hanya tersisa beberapa inci saja, bahkan hidung mereka sudah bersentuhan.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang