14. Demam

706 49 2
                                        

“Bertemanlah dengan orang baik. Namun, jika kamu tidak menemukan nya. Maka jadilah salah satunya.”
.
.
.
—Author—
🌺🌺🌺

“Hunaf, bangun nak.” Rania menepuk pelan pipi sang menantu, ia begitu khawatir ketika merasakan suhu tubuh perempuan itu begitu panas. Kemarin Yanza dan Hunaf pulang larut malam karena menjaga Naya terlebih dahulu dirumah sakit, mungkin karena udara malam yang membuat Hunaf sampai sakit.

“Sayang, bangun dulu nak.” Belum ada respon sama sekali, Hunaf masih terlelap. Tubuhnya masih meringkuk dibalik selimut tebal. Mereka berdua tidak pulang ke rumahnya sendiri melainkan ke rumah Rania. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat anak menantunya tiba-tiba pulang padahal belum ia izinkan untuk pulang. Ia juga terkejut ketika mereka pulang larut malam tapi setelah dijelaskan oleh Yanza, Rania akhirnya mengerti.

“Hunaf, bangun dulu nak. Kita harus ke rumah sakit, badan kamu panas semua ini?” Rania masih berusaha untuk membangunkan Hunaf.

“Kepala aku pusing, mah.” Hunaf berucap dengan mata yang masih tertutup. Rania mengusap kepala menantunya pelan.

“Makanya bangun dulu, kita harus kerumah sakit buat periksa.” Hunaf berusaha dengan keras membuka matanya. Kepalanya terasa begitu berat sehingga bangun saja dibantu oleh Rania. “Yanza nggak tahu kalau kamu sakit?” tanya Rania.

Hunaf menggeleng, ia berusaha untuk turun dari tempat tidurnya tapi keburu ditahan oleh Rania. Bagaimana tidak ditahan, perempuan itu hampir saja jatuh ke bawah lantai.

“Dia ngapain sih pagi-pagi ke kantor?”

“Dia ada rapat pagi katanya kemarin. Aku juga nggak papa kok, mah. Paling demam biasa, mungkin gara-gara aku lihat ada yang kecelakaan kemarin. Aku emang gini biasanya kalau lihat langsung orang yang kecelakaan,” ucap Hunaf.

“Demam biasa gimana? Badan kamu panas banget nak. Pokoknya kita harus ke rumah sakit sekarang,” ungkap Rania tak terbantahkan.

“Terserah mamah deh,” sahut Hunaf pasrah. Rania kemudian membantu Hunaf untuk berdiri lalu membawa keluar untuk dibawah ke rumah sakit.

🌺🌺🌺

“Sibuk banget kayaknya nih bapak CEO?” Yanza mengangkat pandangan melihat kearah pintu ruangannya. Di sana sudah terlihat seorang laki-laki yang berdiri dengan senyum manisnya.

“Lo ngapain di sini?” tanya Yanza terkesan ketus. Laki-laki itu tertawa mendengar nada ketus dari Yanza.

“Santai aja dong pak CEO, baru juga ketemu sama kakak ipar sendiri udah ketus aja bawaannya. Kenapa sih? Apa karena belum nikah atau gimana?” Fahri berjalan mendekati Yanza dan langsung duduk di kursi depan Yanza.

“Bukan urusan lo!” sarkas Yanza. Fahri lagi-lagi hanya bisa tertawa.

“Udahlah, nggak usah gitu amat. Gue datang ke sini mau ngajak lo pada reunian, udah lama kita nggak kumpul. Razka sama Fadlan udah pada mau, tinggal lo nih? Ikut apa nggak atau lo nggak ikut gara-gara belum punya gandengan?” Fahri sengaja menggoda Yanza. Walaupun dia tahu kalau laki-laki itu tidak mudah untuk dipengaruhi.

“Gue sibuk,” sahutnya singkat.

“Udahlah ikut aja, gue datang sendiri kok. Kakak lo itu lagi hamil besar jadi nggak gue izinin ikut. Ya,” bujuk Fahri. Istri dari Fahri merupakan kakak sepupunya Yanza disamping itu, mereka juga sahabat semasa kuliahnya dan sampai sekarang.

With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang