okee, part terakhir nih guyss!!
vote dulu sebelum baca!
part ini feelnya gadapet trus juga gajelas
happy reading.
***
setelah melewati banyak rangkaian kegiatan yang menyusahkan dan menyenangkan, yah walaupun banyak yang menyusahkan sih, soalnya kakak kelaskan pendendam, hukuman terus. ya gak?
okei, abaikan.
mereka, kelompok Reya sedang bersiap siap untuk upacara penutupan serta pengumuman yang lolos. walaupun sudah diberitahu jika yang lolos adalah orang orang yang mendapatkan nomor waktu di sungai, tapi bukankah itu tidak adil kawand?
"bagi yang dapat nomor di sungai silahkan pergi ke samping kanan dan buat barisan,"
Reya dan Andi keluar barisan, ada sekitar 9 orang mendapatkan nomor tersebut.
"mereka adalah orang-orang yang akan melanjutkan tugas sebagai bantara, dan untuk yang tidak mendapatkan nomor, kalian dinyatakan gagal menjadi bantara."
"gak bisa gitu dong, kita kan berjuang bareng, ga adil banget kalo cuma yang dapet nomor yang di lantik, kalo cuma kita yang dilantik mending kita mengundurkan diri dari bantara." teriak Dela berani.
suasana mulai ricuh, beberapa orang menangis karena tidak diloloskan.
"kenapa? itu udah ketentuan dari kita, yang dapat nomor yang di lantik."
"gak adil!" teriak Andi.
"adil adil saja, kalian berusaha mendapatkan nomor itu dan lihat, dapat kan? lalu temen-temen kalian? mereka gak berusaha semaksimal mungkin."
"yaudah kalo begitu kita ikutan mengundurkan diri, satu dilantik ya dilantik semua, gak dilantik yaudah kita juga ga ikutan dilantik."
ferdo tersenyum simpul,
"okay, adek adek, melihat antusias kalian selama mengikuti kegiatan, saya umumkan jika kalian akan di luluskan semua."
Reya tersenyum senang, berlari memeluk Vera dan Elsa selaku sahabat terdekatnya saat mengikuti kegiatan bantara ini.
"udah duga si cuma prank,"
"halah tai, lo aja nangis," ucap Reya.
"biar menghayati Re,"
yeah, itulah kisah pelantikan bantara yang tidak bisa di ceritakan semuanya, intinya cukup menyebalkan bagi Reya, rasanya ingin mencaci maki setiap kakak kelasnya itu yang sangat tidak berperikemanusiaan.
***
3 hari berlalu, dan beberapa menit yang lalu sudah dipilihkan struktur struktur untuk bantara angkatannya. Reya mendapatkan bagian pencari materi bersama Vera dan Andi, sedangkan Elsa mendapatkan pembaca materi.
Reya kini keluar dari ruangan, ia duduk dibawah pohon rindang, hatinya lelah, mengingat Aldrick yang lagi lagi dekat dengan Clari.
Apa yang harus Reya lakukan? sepertinya menjauh adalah pilihan yang tepat kan?
"gue gatau harus ngapain." gumamnya sambil memejamkan mata, menikmati semilir angin yang berhembus di wajahnya.
ehem
Reya membuka matanya, menatap Ferdo yang sedang tersenyum manis kearahnya.
"apa?"
"ayo ikut," ucapnya.
"kemana? ogah." ujarnya, Reya sudah berada di posisi pw.
"ayok!"
Reya berdecak, dengan seenaknya kakaknya ini menyeret dirinya kearah lapangan yang kini berdiri Aldrick di tengah tengah sana dengan gitar yang di pangkuannya serta sebuah mic.
dibelakangnya ada Clari yang sedang memegang bunga mawar putih, apa maksud semua ini?
suara petikan gitar mulai terdengar, lagu yang dinyanyikan oleh Aldrik adalah lagu yang berjudul sebatas patok tenda.
Aldrick mau menembak Clari kah? merasa tidak ada kepentingan disana, Reya hendak berbalik dengan wajah datar.
"et mau kemana?" tanya Arka.
"pergi, minggir." ucapnya datar.
moodnya rusak, ia kembali merasa muak dengan tingkah Aldrick.
"Reya Deya Alfina, siapa yang nyuruh lo pergi?" suara tersebut terdengar keras.
Reya berbalik lagi, menatap Aldrick yang sudah melangkah maju diikuti oleh Clari di belakangnya.
"kenapa juga gue harus disini?"
Aldrick tersenyum tipis, dirinya kembali melangkah maju mendekati Reya dan menunduk sehingga wajahnya begitu dekat dengan Reya, lalu Ia mendekatkan bibirnya kearah telinga Reya.
"Ilam Lima Yankee," bisiknya pelan. lalu menjauhkan wajahnya.
"taukan artinya?"
Reya mengerjapkan mata pelan, hei, benarkah?
Aldrick menjulurkan tangannya kebelakang, mengambil bunga mawar tersebut dan kembali menatap Reya yang masih terdiam.
"Reya, gue gak akan ngulangin ini, jadi denger baik-baik."
Aldrick menarik nafas dalam, "will you be my girlfriend, Reya?" ucapnya menyodorkan bunga.
"pilihannya cuma ada dua, "iya, atau yes."
perlahan Reya menarik bibirnya, lalu mengangguk perlahan.
melihat itu, Aldrick langsung saja memeluk Reya, akhirnya setelah sekian lama ia bisa mengungkapkan perasaannya.
"makasih,"
"gue yang makasih Al,"
"no gue, but aku."
Reya kembali tersenyum, memeluk Aldrick lebih erat dengan sorak sorakan yang memenuhi lapangan.
inilah kisah Reya, kisah singkat dan tidak jelas dengan konflik yang bahkan terlalu ringan. terimakasih sudah menunggu kisah Reya dan Aldrick yang di bumbui dengan pramuka di masa SMA/SMK. kini kisah tersebut sudah usai. see u next time in my story, love i guyss
jangan lupa baca ARNWOLF yang gak kalah seru dari Alphabet.
luv uuuu
***
gajelas kan part ini
karna udah males buat mikir lagi sih
jdi ngetik penting end gtusorry guyss
see u🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Fiksi Remaja"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...