'Cemburu, tapi gak ada hubungan :)
dasar aku'
________
Reya berjalan menuju tangga, tidak seperti biasanya cewek itu akan bangun sendiri apalagi sepagi ini. Bahkan mamanya –Risa, masih menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya. Langkah kaki Reya yang berbunyi saat menuruni tangga terdengar membuat Risa menoleh ke arah tangga.
"Pagi Maa" kata Reya dengan cengiran khasnya.
"pagi, tumben kamu bangun jam segini" ujar mamanya heran.
Reya mendengus sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi. "bangun siang salah, bangun pagi tumben. Maunya Mama gimana sih" sebal cewek tersebut.
"iya iya, Mama salah" ujar Risa.
Tak lama Reza dan Dio menuruni tangga dengan seragam yang mereka gunakan seperti biasa, Dio akan pergi ke kantor dan Reza yang pergi ke kampusnya. Reza menatap adiknya yang sudah duduk manis di kursi sebelah Risa. Seakan tahu apa yang di ucapkan abangnya, Reya cepat cepat menyela perkataaan abangnya yang belum keluar sama sekali.
"gausah ngomong tumben" katanya malas sambil mengambil roti yang sudah di siapkan oleh mamanya.
Perkataaan Reya membuat Dio terkekeh kecil, bagi Dio anak perempuannya masih saja menggemaskan seperti dulu, walaupun cewek itu sedikit berandal dan sudah mengenal apa itu cinta namun bagi lelaki paruh baya itu Reya tetap putri kecilnya yang menggemaskan. "Ma, Papa nanti pulang lembur" ujar Dio kepada istrinya.
"iya" jawab Risa seadanya.
Reya beranjak dari duduk nya setelah menghabiskan 2 roti selai karya mamanya, ia merapikan terlebih dahulu seragamnya dan mengusap bekas bekas makanan yang berada di sekitar bibirnya. "Ma, Pa, Eya berangkat" uajrnya sambil mencium kedua tangan orang tuanya. Setelah itu ia langsung berangkat tanpa memperdulikan kakaknya yang menatap datar adiknya yang sungguh menyebalkan.
"Abang gak dek?" tanya Reza pada Akhirnya.
Reya menoleh ke belakang, menatap abangnya yang maih duduk disana dengan tatapan malas. "Maaf, saya gak kenal" katanya berlalu pergi.
Aldrick membolak balikkan kertas kertas sambil memakan nasi goreng masakan bundanya. Aisyah yang melihat kesibukkan putranya akhir ini menggeleng pelan, sejak penerimaan siswa baru, Aldrick memang sangat sibuk, banyak acara yang di gelar di sekolah untuk adek kelas cowok itu. Acara yang sudah turun menurun di lakukan dari angkatan pertama sampai sekarang.
"Kakak, makan dulu" peringat Aisyah.
"iya Bunda, ini Al juga sedang makan" jawab Aldrick sambil mengunyah dan menatap laporan yang akan di sampaikan besok kepada adek kelas.
"Kak, di sekolah kakak ada acara lagi?" tanya Fero yang tak lain adalah Ayah Aldrick.
Aldrick menoleh kearah Ayahnya "iya Yah, buat penyambutan dan penerimaan tamu ambalan" jawab Aldrick.
"yang kemah dua hari itu?" tanya Fero lagi.
Aldrick sudah selelesai dengan nasi gorengnya, ia berdiri dan menutup laporan yang diserahkan kemarin leh sekertaris bantara.
"iya, Aldrick berangkat" ujar cowok itu, mencium kedua tangan orang tuanya dan berjalan keluar rumah.
Reya menendang ban motornya berkali kali, ban motor nya bocor di tengah jalan dan bengkel pun masih jauh dari tempat ini. Ia merasa sebal, padahal dirinya sudah berusaha untuk berangkat pagi agar tidak terkena hukuman lagi, mungkin takdir berbicara lain, ia akan terkena hukuman kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Teen Fiction"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...