HAI,, Balik lagi ini:* jangan lupa vote and coment, jangan pelit. sudah hampir puasa loh:)
"Heh! Siapa itu yang tertawa?!" teriak salah satu kakak bantara di depan. Dia berjalan menuju barisan calon Bantara sambil membawa sebuah tongkat, dia adalah Arka-sang pemangku adat atau orang yang menjadi penata tertib di pramuka.
'Mampus'
Arka berjalan mendekati Reya yang sedang di bekap oleh Vera Sedangkan Reya sendiri memasang wajah datar dan membiarkan mulutnya di bekap oleh tangan bau Vera. Tiba-tiba ada seseorang yang menariknya kebelakang sehingga bekappan tangan Vera lepas.
"Kamu ikut saya" ucap Arkan menarik tangan Reya. Semua mata mengikuti kemana perginya Arkan yang sedang membawa Reya.
'caper banget sih tu cewek'
'pengen di gandeng juga'
'kasian dia, pasti kena hukuman'
Omong kosong terdengar seiring melangkahnya Reya. Entah dimanapun dan kapanpun pasti ia mendapatkan gibahhan tentang dirinya. Pasti saat ini ia banyak mendapatkan pahala.
Aldrick sedang duduk di depan TU dan sesekali memainkan handphonennya. Pramuka masih bisa di ambil alih oleh anggota lain, dan kini ia sedang menemani Reza untuk sekedar mengobrol atau bercanda bahkan ngegame.
"ayo cepat"! teriak Arka membuat Aldrick dan juga Reza menoleh ke sumber suara. Aldrick berdiri dan menatap Reya yang di bawa oleh Arka. Sementara Reza hanya menatap datar adik bandelnya itu.
"pelan pelan dong" ucap Reya yang di tarik oleh Arkan.
"ada apa?" suara dingin itu terdengar, suara yang tidak asing di telinga Reya dan ia pun sudah bisa menebak siapa orang ini.
"Cewek ini gojek tadi di lapangan" jawab Arkan.
Reya menatap kakanya yang masih duduk di sofa depan TU dengan sinis, sedangkan kakanya terlihat santai sambil mengamati mereka bertiga. Aldrick menatap Reya dan Arkan bergantian dengan dingin, Reya yang di tatap seperti itu menunjukan perlawanan seakan ia menantang balik pradana ini.
"Biar gue" ucap Aldrick.
"Gak! Gue ikut dia" balas Reya cepat sambil menunjuk Arka yang berada di depannya.
"Ar, lo balik ke lapangan" ucap Aldrick lagi dan Arka menurut. Reya kembali berdecak, kenapa ia selalu bertemu dan bersama sang pradana ini?
"Kamu ikut saya!" ucap Aldrick. Dengan malas Reya mengikutinya dari belakang dan disusul oleh Reza yang juga ingin melihat bagaimana Aldrick menghukum adiknya.
Aldrick melangkah kan kakinya menuju gudang dan berjalan menuju setumpuk kayu bambu yang sudah di cat. Bambu itu terlihat sangat berserakkan apalagi dengan jumlah yang sangat banyak seakan menambah kesan jika bambu-bambu itu tidak pernah di sentuh sedikitpun. Reya sudah bisa menebak hukuman apa yang akan ia terima sang pradana.
"kamu bersikan dan tata dengan rapi semua bambu ini" ujar Aldrick saya akan mengamatimu lanjutnya. Aldrick tidak akan membiarkan Reya sendiri disini, karena bisa saja cewek itu kabur dari hukuman. Reza cekikian sendiri melihat adiknya yang sedang menjalani hukuman itu, ia cukup tau jika adiknya adalah cewek yang manja, bahkan dia belum pernah membersihkan rumah sekalipun.
Reya mulai membersihkan tongkat tongkat itu dengan telaten, kadang-kadang cewek itu mengibaskan tangan untuk mengusir debu yang beterbangan di sekitar wajahnya dan akan membuatnya bersin nanti. Ia menyenderkan tongkat tongkat itu pada tembok di sampingnya lalu membersihkan lagi, begitu seterusnya hingga ia mendapatkan setengah dari bambu bambu yang berserakkan disana. Wajah dan rambutnya sudah kusut topi boni nya pun sudah banyak debu karena ia lemparkan begitu saja di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Novela Juvenil"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...