Vera menyuapkan bakso ke dalam mulutnya sambil berbicara, tau gak? tanyanya sambil mengunyah.
Braak
****
uhuk uhuuk
"hayo pada gibah" ujar Beile sambil menggebrak meja sehingga membuat Vera yang akan meneruskan pembicaraannya tersedak oleh bakso yang masih ia kunyah.
"ih Vera, jijik tau gak?" imbuh Elisa menampilkan raut wajah jijik terhadap Vera yang sedang mengusap murutnya ayang penuh dengan potongan bakso kecil kecil.
"syalan, pake ngagetin."
Beile menunjukan cengiran tak bersalahnya, "maap."
Beile dan juga Elisa pun duduk di kursi yang kosong dan langssung menyantap makanan mereka. "pwadha bisharha apha seh?" tanya Elisa dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"telen dulu, baru ngomong." imbuh Elsa memutar bola mata malas.
"sorry," balas Elisa.
"jadi tuh ada murid baru" lanjut Vera.
Elsa menoleh, "perempuan, syantik lagi."
Beile melotot, "wtf, gak boleh! Masih cantikan gue," ujarnya sambil berdiri.
"heleh, muka buluq aja syantik, katanya." komentar Reya.
Beile duduk sambil memasang wajah sedih miliknya. "jleb, banget si omongan lo,"
Elisa, Elsa dan Vera tertawa dengan keras, omongan dari mulut Reya memang jarang yang manis, menurut mereka. Elisa menatap pintu kantin, ia melihat Aldrick dan teman temannya yang sedang berjalan menuju meja yang mereka tempati. Dengan segera cewek berambut coklat gelombang itu menata rapi rambutnya membuat teman temannya menjadi heran.
"gue udah cantik kan, udah kan. Oke, jaga image Elis" ujarnya lalu duduk tegak dan memakan baksonya dengan pelan.
Beile, Vera dan juga Elsa menoleh, menatap arah pandang Elisa tadi.
"OH MY GOD!!! PANGERAN DATENG, dandan yang rapi dulu." ucap Vera heboh di ikuti oleh Beile. Berbeda dengan Elsa dan juga Reya yang masih terlihat santai memakan makanan masing masing, bahkan kadang Reya mengambil bakso Vera atau Elisa yang di anggurin karena adanya cowok cowok itu.
Aldrick berdiri tepat disamping tempat duduk Reya. Dan kini semua murid menatap ke arah meja Reya dan teman temannya. Aldrick menunduk, menatap Reya yang seakan tidak menganggap ia ada.
"hai, kak." sapa Elisa
"hai adek syantik," balas Angga.
Ferdo menatap Angga malas, "sarap" ujarnya dan langsung mendapatkan jitakan dari Angga.
Aldrick masih menatap Reya dan Reya tidak menayadari hal itu, akhirnya Vera angkat bicara. "kenapa ya, kak?" tanyanya.
"ikut"
"ha! Ikut? Reya suruh ikut Kakak?" tanya Beile kurang paham.
Aldrick diam dan itu berarti cowok itu mengiyakan perkataan Beile, Elisa yang berada di samping Reya menyenggol lengan Reya keras sehingga siomay yang masih ia tusuk jatuh ke atas meja, hal itu membuat bibir Reya melengkung ke bawah.
"yah, siomay gue." keluhnya.
Aldrick langsung saja meraih pergelangan tanga Reya dan menarik cewek itu agar ikut berdiri. "ikut."
Reya menaikkna sebelah alisnya, "kenapa gue?" tanyanya tidak suka. Aldrick mengabaikan pertanyaan Reya dan langsung menyeret cewek itu ke ruang organisasi Bantara.
"di jaga ya kak, dia masih segelan" teriak Vera asal sambil terkekeh kecil. Reya yang mendengarnya hanya memasang wajah datar, dikira dia barang apa, masih segelan.
Sesampainya di ruang organisasi Reya langsung di bawa duduk oleh Aldrick. Dan langsung saja Aldrick menyerahkan setumpuk data ke arah Reya. Reya menaikkan sebelah alisnya tanda jika ia tidak mengerti.
"cek, dan kelompokin sesuain bidang masing masing."
"hah! Sebanyak ini? Yang bener dong!" ujar Reya tidak terima.
"gausah protes, cepat kerjakan."
Setelah mengatakan itu Aldrick berjalan kearah meja kebesarannya dan mengamati Reya dari sana.
Reya memijat betisnya yang terasa sangat pegal, Aldrick telah menyiksanya hari ini. Bayangkan saja tugas ini belom selesai ia harus mengerjakan tugas lain.
Flasback on
"banyak banget si," gerutu Reya sambil menumpuk data di bagian bahasa.
Ia menghela nafas, pantatnya sudah terasa panas karena duduk disana selama beberapa jam, bahkan untuk mengikuti pelajaran saja ia tidak di bolehkan dengan alasan Aldrick sudah meminta ijin kepada guru yang mengajar. Sungguh, cowok itu benar benar niat untuk membuat Reya menderita.
'halo,,'
Samar samar Reya mendengar jika Aldrick menerima telfon dari seseorang.
'baik, pak. Akan segera saya ambil,' ujarnya.
Setelah tefon tersebut mati, Aldrick berjalan ke arah Reya dan memandang cewek itu dengan tatapan datar.
"ambil laporan di Pak Handi. Sekarang." ujarnya.
"lah, kan belom selesai." protesnya.
"ambil, setelah itu lanjutkan. Oh iya, bersihkan ruangan ini. Kelihatannya sudah berdebu," ujar Aldrick santai.
Reya menarik nafas dalam, berusaha memendam emosinya yang siap meledak kapan saja.
"gue bukan pembantu!!"
"perjanjian tetap perjanjian"
"OKE, FINE!" teriak Reya keras dan berlalu meninggalkan ruangan itu menuju ke ruangan guru menemui Pak Handi.
Melihat Reya yang kesal, membuat Aldrick tersenyum. Menurutnya, jika Reya terlihat kesal akan menjadi hal yang lucu dan menggemaskan bagi seorang Aldrick Arfino.
Flasback off
Sambil memijat pelan betisnya yang sangat terasa pegal, Reya menatap tajam si pelaku yang sudah membuat ia seperti ini. Namun, yang ditatap tidak merasa bersalah sedikitpun.
Aldrick beranjak dan keluar dari ruang organisai tersebut tanpa mengucapkan kata apapun terhadap Reya. Dan hal itu menambahkan rasa kekesanan Reya kepada Aldrick.
"dasar cowok songong, gak tanggung jawab, kejam." umpatnya pelan. Tak lama Aldrick kembali membawa saleb yang ia ambil dari uks dan Reya tidak menyadari jika Aldrick duduk di sampingnya,
"sini," ujarnya
Reya menoleh, "apaan?"
"siniin, kakinya."
"gak" tolak Reya mentah mentah.
"ngeyel banget," ujar Aldrick langsung menaris kaki Reya dan memijitnya pelan.
Reya menatap Aldrick, jantungnya kembali berdetak dan sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman kecil.
"gausah nyari kesempitan dalam kesempatan ya lo," ujar Reya masih memandangi wajah Aldrick.
"kebalik. ga fokus, hm? Makanya ga usah mandangin gue mulu, jadi gak fokus kan?"
"bodoamat"
Baru nyadar ternyata part yang ini pendek bat.
Have fun guys
Vote and coment
Jangan lupa senyum hari ini, bay:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Teen Fiction"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...