'jauhin cewek gue'
Kata kata tersebut terus saja terngiang di kepala Reya membuat cewek itu merasa pusing apalagi hujan yang masih saja tetap deras membasahi tubuhnya membuat rasa pusing itu semakin terasa berdenyut. Hawa dingin yang menyentuh kulitnya sangat terasa sehingga Reya memeluk tubuhnya sendiri. Di bawah hujan yang baru pertama kali terjadi di kota Bandung setelah sekian lama mengalami kemarau, Reya berjalan di atas aspal yang sangat sepi malam ini.
"gue gak bakal jadian sama orang lain, kalau,,,gue sukanya sama lo"
"gausah sampai ke mimpi. Kalau lo minta gue lamar, bakal gue lamar sekarang"
"gue emang belom nembak lo, tapi yang perlu lo tahu, jaga hati gue hanya buat lo. Akan ada waktu gue nyatain perasaan gue buat lo"
Air mata Reya kembali menetes semakin deras. Kini hatinya memang benar benar tergores. Reya duduk di atas jalan, menatap ke atas.
"LO, JAHAT! GUE BENCI SAMA LO" teriaknya keras. Namun, teriakkan tersebut terdengar seperti berbicara karena terpendam oleh suara derasnya hujan.
Sementara ini, Reya akan tetap disitu, menenangkan hatinya dan dirinya sendiri.
Reya masuk ke dalam rumahnya, setelah satu jam ia membiarkan tubuhnya di guyur oleh dinginnya air hujan. Ia masuk dengan seragam yang basah dan dengan bibir yang sedikit pucat. Melihat kedatangan anaknya, Risa berdiri lalu menghampiri putrinya, kebetulan Reza dan Dio masih belum sampai di rumah, jadi di rumah tersebut hanya terdapat Risa dan juga pembatu.
"kamu kenapa? Kok basah kuyup begini?" tanya Risa khawatir.
Reya menggeleng lemah, "gak papa ma, aku ke kamar dulu ya" pamitnya dan langsung berjalan dengan langkah gontai ke kamarnya. Sedangkan Risa hanya menatap khawatir terhadap putrinya yang sedang mendapatkan masalah sehingga membuatnya menjadi seperti ini.
Sesampainya Reya di dalam kamar, cewek tersebut langsung saja membanting pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Reya langsung menbanting tubuhnya ke kasur dan menelungkupkan wajahnya di bantal lalu menangis kembali disana.
Risa kemudian duduk di sofa depan tv. Namun, tak lama bel pintu utama kembali berbunyi. Dengan langkah pelan Risa menghampiri pintu dan membukanya lalu terlihatlah seorang cowok yang memang sudah Risa kenal dengan baik sedang berdiri di depan pintu dengan baju yang sama seprti putrinya, yaitu basah kuyub.
"Aldrick, kenapa? Kok kamu juga basah kuyub seperti Reya?" tanya Risa.
"boleh saya bertemu anak tante?" tanya Aldrick to the point.
Risa tersenyum, masalah Reya mungkin terlibat dengan lelaki yang berdiri di hadapannya.
"ayo silahkan masuk, Reya ada di kamarnya. Kamu ke atas aja gak papa kok"
Aldrick tersenyum menatap Risa, "terimakasih ya tante" ujarnya.
Mendapat senyuman dari Aldrick, Risa pun membalasnya dengan senyuman juga. "kamu gak mau ganti baju dulu, pakai punya Reza aja gak papa"
"gak usah tante,"
Risa kembali tersenyum, lalu tangannya terangkat dan menyentuh bahu Aldrick, "selesain masalah kamu sama anak tante ya. Gih, buruan ke atas,"
Mendapat persetujuan dari mama Reya, dengan segera Aldrick melangkah kan kakinya menaikki tangga untuk sampai di kamar Reya yang berada di lantai dua.
Sekarang Aldrick sudah sampai di depan pintu coklat yang bertuliskan kamar orang cantik sudah dua kali Aldrick berdiri di depan kamar ini. Cowok itu sedikit tersenyum kecil.
Tok tok tok
Ketukan pintu terdengar, namun Reya masih saja menangis sambil menelungkupkan kepalanya di bantal.
Tak ada jawaban dari dalam kamar, Aldrick mencoba untuk berbicara. "Re" panggilnya.
Reya bergeming mendengarkan suara itu. Hatinya kembali sakit ketika tiba tiba ingatan yang sudah akan ia lupakan kembali muncul ketika dirinya mendengar suara pemilik si pelaku.
"Re, buka. Gue bisa jelasin"
Lagi lagi Aldrick tak mendapatkan jawaban, "Re, maafin gue, gue bisa jelasin semuanya. Buka pintunya" ujar Aldrick lagi.
"PERGI LO! GUE GAK MAU KETEMU SAMA LO! SEMUA YANG LO BILANG ITU BOHONG, GUE BENCI SAMA LO Aldrick,,, gue sakit hati, gue benci sama lo, hiks.." teriak Reya, namun pada akhir kalimat ia pelankan, ia rasa dia sudah tidak sanggup untuk meneriakki Aldrick.
Aldrick menatap sendu ke arah pintu kamar Reya, tangannya yang tadi terangkat sekarang sudah jatuh ke samping tubuhnya. Apakah kesalahannya sangat fatal sehingga Reya daapat membencinya?
"gue pergi, dan gue akan tetap menjelaskan semua sama lo sampai lo gak salah paham sama gue"
Tidak mendapatkan hasil apapun, Aldrick turun dari lantai dua dan mendapati mama Reya yang masih setia di depan tv.
"Gimana Al?"
Aldrick tersenyum simpul, lalu ia menggeleng pelan.
"gak papa, lain kali kamu jelasin masalah kamu. Reya butuh waktu untuk sendiri" ujar Risa sambil mengusap lembut bahu Aldrick.
"makasih ya tante, maaf buat Reya jadi seperti ini. kalau begitu saya pulang dulu"
"iya, kamu hati hati ya" ujar Risa sambil mengantarkan Aldrick ke halaman rumah yang becek karena hujan tadi yang tersisa kini hanya gerimis dengan rintik rintik yang sedikit.
Ting
From Erick :
Reya, saya mau pergi ke luar negeri. Maaf gak sempat pamit ke kamu, saya akan mencoba melupakan kamu. Kamu hati hati, jaga kesehatan kamu di situ. Karna kalau kamu sakit kamu gak akan di periksa sama dokter seganteng saya. wkwk
from Reya :
Iya kak, kakak hati hati juga. Dan juga maaf kemarin aku tiba tiba pergi
from erick :
Iya gak papa , saya paham perasaanmu kok
Kamu, kemarin gak papa kan?
from Reya :
iya kak, gak papa kok
Reya langsung keluar dari aplikasi tersebut, jam menunjukan pukul 21.00 WIB dan saat ini wajah Reya terlihat berantakan dengan mata sembab. Cewek itu sudah memutuskan untuk tidak keluar dari kamar, dan juga tubuhnya yang sedikit tidak enak malam ini. Mungkin karena ia kelamaan menggunakan baju basah.
"Eya, ayo makan" teriak Risa dari luar.
"Eya ga laper ma, ngantuk. Mau tidur aja" balas Reya dari dalam lalu kembali merebahkan dirinya ke kasur dan membungkus tubuhnya ke dalam selimut.
TBC
Gimana part ini?
Oke terlalu pendek, Yangs tengah nanti nyusul ya.Vote and coment🤩
Jangan lupa senyum hari ini, bye 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Teen Fiction"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...