pemaksaan

1.8K 116 10
                                    

Deretan para most wanted memasuki kantin, membuat hampir seluruh pasang mata menjadikannya bahan amatan. Dari kepala sampai ujung kaki terlihat sangat sempurna, hidung mancung, putih, tinggi dan hal-hal yang sering di deskripsikan pada aplikasi wattpad, dimana para penulis menciptakan khayalan yang luas. Tetapi disini, di SMA Trisatya terdapat khayalan para penulis yang menjadi nyata, Aldrick, Ferdo dan Angga. Cowok yang di kagumi dan di imajinasikan dalan dunia nyata dan dunia wattpad.

"Omg, mereka sungguh indah"

"Astagfirullah zina mata Riz gak boleh lihat" ucap salah satu orang dengan menutup matanya dengan jari yang terbuka lebar.

"Tampan banget sih"

"Lelaki wattpad"

Angga menatap seluruh penjuru kantin yang menjadi ramai karena kehadiran mereka. Ini hal yang biasa, mengetahui jika Ferdo adalah ketua osis, Aldrick yang menjabat jadi sang Pradana dan Angga adalah seorang kapten basket dan lelaki yang paling pintar di sekolah ini. Tatapan Angga terpusat pada satu meja, dua orang gadis yang terlihat santai tanpa peduli dengan kehadiran mereka.

"Mereka terlihat biasa" gunamnya yang terdengar oleh Ferdo.

"Apa?" Angga menunjuk ke arah dua gadis yang menarik perhatiannya.

"Oh, Reya"

"Namanya Reya?"

"Hm, udah sana lo pesen" suruh Ferdo.

Aldrick memainkan ponselnya, mengacuhkan teman temannya yang berada di dekatnya. Tetapi setelah nama Reya disebut cowok itu mengalihkan pandangannya ikut menyimak pembicaraan kedua temannya. Setelah duduk di salah satu meja Angga pergi untuk memesan makanan tinggal Aldrick dan juga Ferdo.

Aldrick menatap Ferdo. "Temenin gue"

"Kemana?" Tanya Ferdo.

"Keliling kelas buat milih calon Bantara" ujar Aldrick

Memang, system di SMA Trisatya adalah anggota Organisasi lama akan memilih anggota baru yang akan menggantikan mereka. Seperti Bantara, Organisasi tersebut akan memilih pengganti mereka sendiri dan mereka akan di lantik menjadi Laksana.

Angga datang dengan membawa tiga buah mangkuk bakso dan tiga gelas es teh, dia langsung duduk dan menarh makanan tersebut di meja. Angga menatap kedua temannya yang sebelumnya membicarakan sesuatu.

"Ada apa?" Tanyanya kepo.

"Pemilihan caba" jawab Aldrick datar.

"Lo datar amat sih" ujar Angga sebal yang melihat expresi temannya yang selalu datar.

Kring kring kring

Bel masuk berbunyi, Aldrick segera beranjak dari tempatnya menuju kelas tanpa menunggu kedua sahabatnya. Tetapi saat akan memasuki jam ke 5, Aldrick dan Ferdo akan izin untuk pergi keluar kelas karena urusan Organisasi.

Angga menatap punggung Aldrick yang meninggalkannya sambil berkata. "Kebiasaan"

"Woy, Al tungguin" teriak Ferdo.

Mereka pun menyusul kepergian Aldrick yang menuju ke kelas dengan santai, karena percuma jika mereka berlari mengejar langkah cowok itu yang terlalu lebar. Sedangkan Reya menatap malas mereka bertiga yang mungkin menurutnya sangat sok di sekolah ini. Reya mendengus "sok tenar!" Vera menoleh menatap sahabatnya lalu gentian berkata.

"Mereka emang tenar Reya"

"Ah, udahlah pergi yok ke kelas ajak" Reya karena jam ke empat adalah pelajaran Matematika yang sangat di nantikan Reya. Salah satu kelebihan Reya adalah pintar dalam berhitung, Fisika, Matematika dan apapun yang menyangkut dengan angka. Tetapi dia tidak akan suka dengan hal yang menyangkut Sejarah, karena sejarah orang-orang suka mengenang seseorang yang terindah di masalalu seperti mantan.

Alphabet (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang