"AYO SEMUA CEPETAN MASUK, BIS UDAH MAU BERANGKAT KALO GAK CEPET DI TINGGAL BIAR DI MAKAN GENDERUWO" teriak Pak Handi yang sedang berdiri di pintu bus pertama. Kendaraan yang di naiki oleh siswa siswi berjumlah empat bus pariwisata.
Mendengar teriakkan tersebut, para siswa atau siswi langsung berhamburan memasuki busnya masing masing. Berbeda dengan Reya yang sudah mengendap endap memasuki bus melewati pintu belakang agar ia tak berdesakkan seperti murid lainya. Pintu bus masih brdesak desakan dan sangat ramai, bahkan ada yang menjerit saat memasuki bus agar ia mendapatkan tempat duduk yang di inginkannya.
Reya berdecak malas lalu mengambil earphone di dalam tas kecilnya dan menyumpalkannya ke telinga cewek tersebut. Reya memejamkan mata menikmati lagu yang mengalun indah memenuhi gendang telinganya, sampai ia merasa bahwa seseorang telah duduk di sampingnya.
'palingan juga Vera' ujarnya dalam hati.
Tanpa menoleh ke arah seseorang yang duduk di sampingnya, Reya terus melanjutkan penghayatan lagu yang membuat Reya tenang.
"apasih Ver" ujarnya malas karena orang yang ia anggap Vera terus saja menaik kabel earphone yang Reya gunakan sehingga cewek itu berdecak kesal.
"Vera jangan tarik tari,,, Aldrick?" kagetnya saat mengetahui jika orang yang berada di sampingnya adalah Aldrick buka sahabatnya.
"ulangin" ujarnya, bukan tapi perintahnya.
Reya memutar bola matanya malas, "kak Aldrick ngapain disini?"
"duduk"
"kenapa gak duduk sama bang Reza? Terus Vera dimana?"
Aldrcik menatap cewek yang berada di sampingnya, "diem, tidur" ujarnya lalu memejamkan mata dengan satu earphone yang menempel di telinganya.
Reya mendelik tidaak suka, "sana lo pindah" usirnya.
Aldrick menoleh dan menatap cewek yang berada di sampingnya, dengan sengaja Aldrick menatap tajam Reya dan berharap agar cewek itu akan diam. Dan benar saja, mendapatkan tatapan seperti itu Reya diam dan menunduk, membiarkan lagu terus terputar dan tidak memperdulikan cowok yang berada di sampingnya. Bus pun berjalan dan membuat Reya terguncang.
Dahi cewek tiu hendak membentur kursi yang ada di depannya, namun sebuah telapak tangan menghalangi benturan yang akan terjadi sehingga Reya tidak merasakan sakit. Reya menoleh ke arah pemilik tangan, dia Aldrick dan hal itu membuat jantung Reya kembali berdetak tidak normal.
"jangan ngelamun" ujar Aldrick.
Reya gelagapan, kemudian cewek itu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil berpaling memandang ke arah jendela, "siapa juga yang ngelamun"
Aldrick tersenyum, "tidur, besok temenin gue rapat di sekolah, asisten" ujar Aldrick. Reya melotot dan menoleh ke arah Aldrick, kata kata protes yang siap siap ia luapkan menjadi terurungkan.
"sok banget sih" gumamnya pelan.
Aldrick kembali tersenyum, tangannya terangkat dan menuntun kepala Reya ke pundaknya, "tidur"
Mendapat perlakuan seperti itu, Reya juga tersenyum dan mencoba untuk memejamkan mata walau jantungnya tidak berdetak dengan normal.
Reya menatap malas ke arah jejeran manusia yang ada di depannya, sudah satu jam lebih ia duduk sambil menyangga dagunya karena bosan. "haahhh" dan sudah kesekian kalinya Reya menghela nafas lelah dan hal itu membuat Aldrick menoleh ke arah cewek tersebut setiap mendengar helaan nafas.
Flashback
Bel pulang berbunyi lebih cepat dari biasanya, hal itu membuat semangat Reya menjadi menggebu gebu, cewek itu ingin segera menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk dan nyaman yang selalu menemaninya. Tanpa menunggu Vera dan juga Elsa yang masih duduk mencatat, Reya langsung memasukkan buku serta alat tulisnya ke dalam tas, tidak peduli jika catatan yang belum ia selesaikan yang terpenting ia bisa tidur saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet (END)
Teen Fiction"kamu harus ikut dewan penegak!!" "nggak mau! Gue gak suka pramuka!" "terkhusus kamu hukumnya wajib! Kalo kamu gak ikut, saya pastikan kamu gak naik kelas!" "hah! Gak bisa gitu dong! Gue gak bisa, apalagi tu sandi singapur! Pokoknya ini gak adil!" ...