7. Arsya.

84 6 0
                                    

☆꧁Happy reading꧂☆

19.40

Setelah berhasil kabur dari Alvatnan melewati tembok belakang sekolah itu, mereka berdua kembali kesekolah dan mengikuti pelajaran walaupun terlambat.

"Tangan Lo ga papa?"tanya Kevin khawatir.

Izora tersenyum."ga papa."

"Izora kamu kok pucet gitu? Kata Bu Vita tadi kamu sakit?"

Izora tersenyum sebisa mungkin, ia menggeleng, walaupun entah mengapa pusing, mungkin akibat tamparan kuat kakaknya atau emang ada hal lain?

"Ga papa Bu."

"Kalo emang kamu sakit mendingan pulang aja Zora. Lagian ini pelajaran terakhir."

Izora menggeleng. "Yaudah kamu ke UKS."

"Ga mau Bu."

"Yaudah kamu diisini aja. Kalo ada yang sakit bilang."

Izora mengangguk. Setelah 30 menit Izora mendengar pelajar yang sangat membosankan menurutnya. Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi.

"Gue balik duluan."

"Yaudah hati hati."senyum Kevin manis, tapi hanya ditanggapi oleh anggukan dari Izora.

¶π∆|€¢¥

"Assalamualaikum."sapa lemas Izora, Izora menatap malas Abang tirinya yang berada duduk diatas sofa.

"Waalaikumsalam, Napa Lo lemes gitu?"

Pertanyaan itu bukannya dijawab malah menatap Arsya tajam, membuat Arsya heran sekaligus kesal.

"Lo ditanyain malah ngelirik gitu!"

"Terserah gue!"gertak perempuan itu.

"Lo kenapa sih! Gue baik baik ya nanyain Lo kaya gitu!"

Izora mendengus kesal."Lo juga kenapa? Lo yang nanyain gue kenapa, kenapa lo sendiri yang marah?"tanya Izora pelan, terlalu capek jika meladeni Arsya yang sedang bad mood berat.

"Lo tuh kalo ditanya dijawab gitu loh! Bukan malah ngelirik gue kaya gitu!"

"Lo lagi bad mood? Gara gara cewe tadi? Gitu aja bad mood."

Arsya membelalak, bagaimana adeknya tau jika ia bad mood gara gara cewe culun berkacamata kotak putih itu?

"Hah cewe? Lo kok tau ada cewe resek? Bukannya lo ga satu sekolah sama gue?"

Izora kini menjadi tegang, sialan bagaimana ia bisa keceplosan hal itu? Payah sekali!

Arsya terheran saat melihat pipi Izora, Arsya segera menyentuh luka di wajah Izora, yaa akibat ditampar oleh Arsya, pipi Izora menjadi memerah dan sedikit berdarah karena terkena sisi pinggir cincin Arsya yang tajam.

Yang memang dirangkai Arsya menjadi tajam, agar membantu berkelahi melawan musuh, katanya.

Izora meringis pelan saat lukanya disentuh oleh Arsya. Segera ia menepis tangan Arsya.

"Wajah Lo bisa gitu kenapa? Lo berantem disekolah!"

"Iya."

"Siapa yang mukul Lo!"emosi Arsya memuncak, jika mamahnya tau jika ada segaris luka di wajah adeknya itu ia bakalan kena omel seharian penuh.

Dulu pernah tangan Izora tak sengaja terkena pisau dan Arsya ingin mengobatinya tiba tiba mamahnya pulang dan melihat luka gores itu,seharian penuh ia diomeli mamahnya. Katanya, kamu ga bisa jaga adek kamu lah! Lalai lah! Ga cekatan lah semuanya mamahnya sebut.

EzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang