40. Selamat tidur Kasa

21 2 1
                                    

Fara menghampiri Izora lalu mengelus lembut rambutnya. "Udah siap siap mau pulang nih, kamu kalo masih sakit bilang sama dokternya, kita nginep sehari lagi."

Izora menggeleng. "Ngga lah mah, zora ga mau ketinggalan kelas."

Fara mengangguk, Arsya bukannya membantu Mamahnya malah mabar dengan Ezra. "Anjayyy." Celetuk Arsya memenangkan pertandingan.

"Ah ga seru lo!"

"Jangan ngamuk dong."kekeh Arsya.

Tak lama matahari mulai terbenam, Ezra menuntun Izora untuk memasuki rumahnya, karena kakinya masih terasa sakit.

"Kenapa dulu aku milih kamar di atas ya."pikir Izora saat melihat banyaknya anak tangga dan harus melewatinya satu persatu.

"Ehh!"pekik Izora panik saat tubuhnya tiba tiba diangkat oleh Ezra, dan Ezra mulai menaiki anak tangga itu dan membawa Izora masuk kedalam kamar.

"Istirahat ya."

"Gue masih ada pr."

Ezra menggeleng, lalu mengelus puncak kepalany Izora. "Maaf ya, kemaren gue lebih--"

Izora meyela ucapan Ezra lalu tersenyum singkat menatap iris mata Ezra. "Lo ga tau gue hilang, kalo disaat berbarengan pun hilangnya lo lebih milih nyelametin Tamara kan?"

paham betul arti tatapan milik Izora, Ezra juga bisa merasakan sakit yang dirasakan Izora dari tatapan Izora. Izora menggeleng cepat, "Engga, g-gue."

"Engga bohong. Pada kenyataannya gue jadi perusak hubungan lo sama Tamara."ucap Izora, Izora mencoba berdiri dari kasurnya dan berniat ingin menuju meja belajarnya.

"Ga usah ngerjain pr. Sebagai rasa bersalah, gue yang kerjain pr lo."

"Engga, gue bisa kerjain sendiri."

Ezra menggeleng. "Lo ga boleh nolak."

Izora terdiam. Dengan gerakan santai Ezra berjalan menuju meja belajar, membuka tumpukan buku milik Izora. "Buku cetak kimia, halaman 197."

Ezra mengangguk, dan mengerjakan dengan fokus. Sedangkan Izora hanya menatap punggung Ezra dari belakang, tanpa sadar air matanya turun membasahi pipinya. Keadaan ruangan itu cukup sunyi.

"Kalo lo mau Tamara, kenapa ga nikah sama Tamara? Kenapa harus terima gue yang orang asing ini."

Gerakan Ezra terhenti. Tanpa berbalik Ezra menjawab. "Ga usah dibahas."

"Mau dibawa kemana hubungan kita? Kalo masih ada cewe lain di antara kita berdua."

"Mau lo apa?"tanya Ezra to the point.

Izora menghembuskan nafasnya. "Kita baru aja nikah, kalo gue tau lo ga bisa lepas Tamara, dan masih nganggap gue se asing itu."gantung Izora, dengan tangan gemetar Ezra berusaha menjawab pertanyaan yang ada di buku itu.

"Dalam 2 bulan ini kita cerai diam diam. Tanpa mamah, ayah, bunda, ayah Eza tau."

Nafas Ezra tercekat. Tak bisa berbicara, Ezra mengedipkan matanya agar tak ada yang turun dari matanya dan melanjutkan mengerjakan soal.

"Setiap cewe butuh kepastian. Gue ga akan biarin lo jadi suami gue tapi lo ga cinta sama gue."

"Diem bentar bisa? Gue lagi ngerjain tugas lo."

Izora menunduk. "Maaf."

"Why?"

"Maaf gue udah ganggu lo, gue ga sesempurna Tamara, gu ga secantik Tamara."

Ezra membalikan badannya dengan memutar kursi roda yang seperti di kantoran. Ia menatap mata Izora, tatapan yang tak bisa di artikan bagi Izora

"Tamara B aja tuh. Gue juga ga ada perasaan sama dia."

EzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang