36. Hilang

93 5 4
                                    

00.00

Happy reading

Setelah merasa puas akan kayu bakar, Dara meminta Izora untuk segera pulang, matahari sudah menunjukkan waktu akan segera malam, dan mereka berjalan sesuai arahan peta.

"Eh ser, ini kita beneran langsung ke tenda?"tanya Lidya.

"Iya lah! Lo mau nungguin si caper sama si sok pinter itu? Yang ada kita kesasar. Lagian kan udah dikasih peta, mereka bakalan tau arah jalan pulang."

"Tapi kalo mereka hilang gimana? Kita bakalan disalahin anjir."balas Lidya.

"Terus lo mau kesasar? Udah mau magrib ini, kalo misalnya kita tungguin disini ternyata mereka udah di tenda, enak mereka dong?"

Lidya mengangguk. "Iya juga ya, Yaudah kita pulang aja."

Lidya san Sela berjalan menuju ke arah tenda, setelah di depan tenda mereka mengerut alisnya bingung, anggotanya sudah berkumpul semua kecuali Izora sama Dara.

"Loh Dara sama Izora mana?"tanya Lidya, jujur ia tak enak hati harus meninggalkan Izora tadi, tapi dari pada ditinggal oleh Sela? Mending memilih mengikuti Sela.

"Tadi mereka lagi bersih bersih."jawab Tamara.

"Owalah, Yaudah kalo gitu."jawab Lidya.

Tak lama Ezra menghampiri Tamara yang tengah asik mengikat ranting ranting itu. "Izora mana?"

"Lagi bersih bersih, kenapa? Khawatir lo?"

"Ga, tanya doang."balas singkat Ezra.

"Inget zra. Kalo ga karena gue lo bakalan hidup susah! Pokoknya lo harus jauhin Izora!"

"Gue tau. Ga perlu lo ingetin!"ketus Ezra.

Apa yang dimaksud Tamara? Bukannya Ezra sejak lahir sudah menjadi kaya? Bahkan kekayaan Tamara tak sebanding denga kekayaan Ezra. Apakah ada rahasia yang belum terungkap? Kenapa Ezra selalu membela Tamara?

"Oh iya Tamara, gue minta tolong ambilin air di sungai terdekat dong."

Tamara membelalak. "Gue? Gue cewe lo! Udah mau magrib juga!"

"Masih jam 5, lagian deket ga ada sejam. Lagian lo mau cuci muk pake air butek kaya gitu?"

"Gue belum pernah kesana lo zra. Kenapa ga suruh anak laki laki yang udah kesana."

"Ya kalo lo mau sibuk ngurusin arang yang buat badan lo kotor sama bensin yang buat badan lo bau, terserah sih."

"Yaudah kalo gitu! Kalo ga demi gue sama demi lo gue ga bakalan mau!"

Tamara berjalan menuju tenda lalu mengambil salah satu kertas bertampang peta lalu berjalan mencari sungai.

"Anjir mana sih sungainya, kok ga ada? Malah masuk hutan! Udah 30 menit gue muter muter! Ga nemu suara air tuh!" Geram Tamara.

"Katanya deket, ini mah udah sejauh hati Ezra buat gue anjir!"

Tamara membaca ulang peta, membuat dahinya mengerut. "Anjing ini peta palsu cok, salah ambil gue!!"

EzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang