28. Mimpi.

55 3 0
                                    

22.10

Happy reading

"Sepatu siapa nih!! Sekolah kok pakai sepatu dansa."ucap anak sd kelas 4 sambil membenarkan posisi duduknya yang miring.

Semua pandangan tertuju pada bocah sd berkacamata kotak itu, bahkan seorang wanita paruh baya yang sedang mengajari anak laki-laki ikutan menatap bocah sd itu.

"Asem!!"batin anak sd kelas 4.

"Kasa!! Udah jangan ganggu Temen baru kamu, nama kamu siapa nak, kenalin diri dong."ucap wanita paruh baya itu.

Gadis kecil itu tersenyum kikuk kearah guru lesnya. "aku kiya."

"Aku meina."ucap gadis yang duduk disebelah kiya.

"Dih bocah ngeselin."ucap kasa mengejek, lebih tepatnya mengejek kiya.

Tanpa terasa 2 jam berlalu, para anak les mulai pulang, sedangkan kiya dan meina harus mengerjakan tugas dari guru les yang tak kunjung usai.

"Akhirnya selesai!!"ucap kiya senang, ia segera memberikan bukunya itu kepada bu Dian.

"Wuih bagus, bener semua. Kamu boleh pulang."senyum bu Dian.

"Kiya tunggu aku sebentar."

"Oke."

Tak lama tugas meina pun juga selesai, mereka keluar dari tempat les bersama. Jantung kiya seakan copot, kemana sepatu yang ia pakai tadi?? Kok cuma satu sih? Ini kan sepatu pemberian ayahnya disaat dirinya tengah berulang tahun.

"Ihh kemana sepatu aku!! Kok ilang separo sih!"teriak kiya.

"Emang tadi kamu taruh mana yak?"tanya meina ikutan mencari sepatu kiya.

"Tadi ku taruh disini loh!"

"Sepatunya kaya apa emang?"tanya meina.

"Itu loh sepatu ku tuh kaya yg ditenteng sama cowo tadi! Yang bilang sepatu ku kaya sepatu Dansa bukan sekolah!"rengek kiya.

"Ini aku pulang e piye ya. Masa nyeker ga mungkin kan."

Meina berfikir sejenak. "tadi kan sepatu mu dipegang sama cowo yang tadi kan, kenapa--"

"Cowo itu! Pasti tuh cowo yang ambil!"gertak kiya. Kiya berdiri dan menatap sekelilingnya, matanya terhenti saat melihat sosok tinggi menggunakan peci tengah membawa sepatunya yang sebelah.

Kiya berlari mencoba mengambil sepatu dari tangan kasa yang saat itu kasa tengah lengah. Tapi ternyata gagal, kasa ternyata menyadari gerak gerik kiya dan mengangkat sepatu kiya setinggi tingginya agar kiya tak bisa meraihnya.

"Balikin sepatu ku!"

"Ga mau."

"Balikin ih!! Balikin!"

"Ambil sendiri."ejek kasa dengan lidah yang menjulur.

"Engga bisa lah kan kamu tinggi!"

Wajah kasa mendekati wajah kiya dengan tangan kiri yang masih mengangkat tinggi sepatu bocah itu. "salah siapa pendek. Tinggi dong."

EzraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang