Kabar duka

7 0 0
                                    

Kamu satu-satunya manusia yang mampu membuatku menangis dan tersenyum dalam waktu bersamaan.

Setelah tangis Salsabila reda, Bulan mengajak Salsabila ke perpustakaan garut. Disana mereka menghabiskan waktu dengan melakukan hobi mereka, yaitu membaca.

Bulan dan Salsabila memiliki hobi yang sama namun berbeda dengan buku yang mereka baca, jika Salsabila senang membaca novel genre percintaan sementara Bulan senang membaca buku kamus jepang, sejarah, buku psikologi dan puisi.

Seperti saat ini dirinya asyik membaca buku sejarah tentang jepang, mempelajarinya, itung-itung latihan agar ia bisa hidup di jepang nantinya. Namun bagaiman dengan gadisnya itu? Hanya ia tempat gadis itu untuk bahagia.

Bulan menutup bukunya lalu menatap wajah Salsabila dari bawah karena posisinya yang sedang tidur dengan berbantalkan kaki Salsabila.

Salsabila masih asyik dengan dunia fiksinya, terkadang senyumnya terbit dengan matanya yang ikut bergerak, membaca tiap kata pada buku itu.

"Asyik banget deh jadi Vanila." Gumam Salsabila.

Vanilla adalah salah satu tokoh utama yang ada pada cerita yang tengah ia baca, berjudul; Antariksa.

"Seru banget bacanya, sayang." Ucap Bulan sambil mengusap kepala Salsabila.

Salsabila berhenti membaca lalu mengalihkan pandangannya pada Bulan.

"Iya, ceritanya tuh lucu. Jadi namanya cowoknya tuh Antariksa, dia sama kayak A Bulan, tukang gombal."

"Oh, iya?! Sama ya? Kalo ganteng, ganteng mana?"

"Ganteng Nathannya aku."

Bulan terkekeh. "Ada-ada aja." Bulan menjetikkan jarinya di hidung Salsabila membuat gadis itu sedikit mengernyitkan wajahnya.

Salsabila kembali melanjutkan membaca novel; Antariksa karya tresia.

Bulan terus menatap wajah Salsabila yang terlihat cantik di matanya.

"Kamu cantik Sal, kayak mantan pertama aku."

Salsabila terdiam terpaku, menutup bukunya dan menyimpannya di samping kakinya.

Salsabila tersenyum meskipun hatinya terasa sakit ketika mendengar Bulan yang selalu berkata seperti itu.

"Makasih."

"Kamu tau gak sih, mantan pertama aku itu mirip murid pengajian aku."

"Tau. Kan kamu sering cerita dia sama aku."

"Iya, awalnya aku kaget, kok bisa mirip cuma yaudah lha, aku lupain aja soalnya kan sekarang udah ada kamu."

Salsabila kembali tersenyum, meskipun ia kecewa ia berusaha menutupi itu karena ia ingin menjadi wanita terbaik untuknya. Tangannya mengusap lembut kepala Bulan.

Salsabila terkekeh kecil. "Aku suka banget rambut kamu." Salsabila memainkan rambut Bulan.

Bulan memejamkan matanya, menikmati belaian tangan Salsabila di kepalanya. Poninya menutupinya dahinya hingga batas alis.

"Kamu masih belum lupa sama mantan pertama kamu?"

Tiba-tiba Salsabila bertanya seperti itu, Bulan membuka matanya.

"Kok nanyanya kayak gitu? Aku itu kalo udah sayang sama cewek kan, bakalan setia dan terpaku sama satu orang, cuma kamu."

"Tapi kenapa kamu selalu bahas dia?" Salsabila berkata dalam hati.

"Iya, makasih ya? Aku boleh peluk kamu?"

"Oh, mau peluk?" Bulan mengubah posisinya menjadi duduk lalu merentangkan kedua tangannya, Salsabila segera menghambur ke pelukan Bulan.

BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang