45. Egois (21+)

11K 199 1
                                    

Vita melarikan diri ke pantai yang tak jauh dari villa. Dia menendang-nendang pasir dengan perasaan kesal. Sebelum akhirnya dia duduk dan menatap luasnya laut biru kehijauan di depan matanya.

Dadanya masih terasa panas sesak karena ucapan Vania. Entah karena Vania menghina dirinya yang tidak bisa apa-apa atau karena Vania menyuruh Raka menceraikannya. Atau justru karena keduanya. Vita tak mengerti hatinya sendiri.

Ucapan Vania tadi masih jelas terdengar di telinganya. Mendadak Vita merasa insecure. Gadis itu meremas jemarinya tak tenang.

Embusan angin lembut yang menerpa tubuhnya sedikit mengurangi perasaan cemas dan ragu dalam dirinya.

Vita memejamkan matanya berusaha menghilangkan kata-kata menyakitkan yang dilontarkan Vania kepadanya beberapa menit yang lalu.

"Udah nggak menarik, nggak bisa bikinin kamu kopi, dan yang lebih parahnya lagi dia nggak mau layanin kamu. Menurut aku itu udah keterlaluan. Mending kamu cerai sama dia, terus nikah sama aku. Aku jamin malam pertama, kamu bakal puas sepuas-puasnya."

"Kamu masih mau nunggu dia siap gitu?"

"Tapi sampai kapan? Nunggu kamu tambah tua. Inget temen-temen kita, mereka udah punya anak. Emang kamu nggak mau punya anak?"

"Kebetulan aku lagi sendiri. Daripada nunggu sesuatu yang nggak pasti lebih baik kamu nikahin aku."

"Aku kurang apa sih Ka? Cantik iya, seksi apalagi, matang, berpengalaman, dan udah cocok jadi seorang ibu."

"Daripada istri kamu yang masih kekanak-kanakan dan egois itu, aku jauh lebih baik dari dia."

Bukannya menghilang, Vita justru mengingatnya dengan jelas.

"Aku egois!" Vita merasa hatinya sangat sakit saat Vania mengatakan kalau ia termasuk orang yang egois. Dan kenyataannya memang seperti itu.

***
Vita kembali ke villa saat sore hari. Raka tidak menanyai gadis itu dari mana setelah pergi beberapa jam lamanya.

Vita dan Raka kembali dari restoran setelah makan malam. Keduanya sama-sama diam. Lebih tepatnya Vita yang menghindari pembicaraan dengan Raka. Membangun tembok tinggi antara dirinya dan sang suami.

Drrtt.

Ponsel Vita bergetar dan dengan cepat ia mengangkatnya, siapa tahu salah satu dari kedua sahabatnya yang menelfon.

"Halo!" sapa Vita dengan semangat.

"Ini aku Vania."

Vita melebarkan matanya dan cepat-cepat melihat layar ponselnya. Lalu kembali menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Kenapa nelfon?" tanya Vita dengan nada ketus.

"Cih... Begitukah cara berbicara dengan orang yang lebih tua?"

"Nggak usah banyak omong, mau apa nelfon aku?" Bibir Vita cemberut. Sudah tidak ada lagi istilah sopan santun kepada orang yang ingin merebut suaminya dengan terang-terangan.

"Aku cuma mau bilang sama kamu, kalo aku udah siapin kamar hotel yang bagus buat malam pertamaku sama Raka. Jadi siap-siap aja tidur sendiri malam ini," ujar Vania lalu dengan seenaknya sendiri wanita itu menutup telfonnya.

Tangan Vita meremas bajunya tanpa sadar.

Malam ini Vania ingin menghabiskan malam bersama Raka di hotel. Dada Vita mendadak panas.

Dan benar saja setelah menelponnya, kini Vania menelpon Raka. Hingga pria itu bersiap-siap untuk pergi.

"Vita, aku mau keluar sebentar." Raka mencium kening Vita cepat.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang