Raka menggeliat di atas ranjang. Meski matanya terpejam tapi tangannya aktif meraba-raba ranjang di sekitarnya mencari tubuh sang istri yang sangat nyaman saat dipeluk.
Tapi kosong. Tidak ada Vita di sebelahnya.
Matanya dengan cepat terbuka lebar, bahkan kantuknya hilang entah kemana. Kini ia beranjak duduk dengan cepat seraya mencari keberadaan sang istri. Matanya mengedar ke arah jam. Ini baru jam dua pagi. Kemana perginya Vita?
Bergegas bangun, Raka menyambar kaos yang tergeletak di atas lantai. Berjalan dengan langkah panjang keluar kamar.
Sementara seseorang sedang sibuk membuat sesuatu di dapur.
"Kamu lagi masak apa?" suara serak khas seseorang yang baru saja bangun mengagetkan Vita yang tengah memasak mie instan. Disusul pelukan hangat dari arah belakang.
"Lagi masak mie instan," sahut Vita mengaduk-aduk mie yang ada didalam panci.
"Masak satu lagi, mas juga laper, jangan lupa telurnya dua," ujar Raka yang masih memeluk tubuh istrinya dengan mesra.
"Iya," sahut Vita lantas ia hendak berjalan menuju ke laci yang terdapat stok mie instan yang dibeli Raka kemarin. Namun kesulitan lantaran Raka masih memeluknya dan meletakkan wajahnya di pundak sebelah kanan Vita, terlihat manja.
"Mas, jangan peluk aku terus, aku nggak bisa jalan," rengek Vita yang kesulitan kemana-mana kalau Raka masih menempel padanya.
"Tapi mas pengen kayak gini terus," ujar Raka dengan nada terdengar manja.
"Ini mienya bisa kematengan kalo mas ganggu aku masak," omel Vita yang kerepotan bercampur kesal.
Raka mengembuskan napas panjang setelah perang batin cukup lama. Sebenarnya ia tidak mau melepaskan pelukannya. Karena rasanya nyaman. Namun, benar apa kata Vita ia bisa mengacaukan masakan wanita itu meskipun itu hanya mie instan.
"Oke, aku tunggu di meja makan," ujar Raka setengah hati. Sedetik kemudian sebuah kecupan mendarat di kening Vita sebelum Raka beranjak pergi.
Sebenarnya Vita tidak bisa berkonsentrasi kalau ia terus dipeluk oleh Raka. Jantungnya berdetak kencang seakan ingin terlepas dari tempatnya. Wajahnya juga sudah berwarna merah padam.
Huft.
Akhirnya suaminya mau menuruti keinginannya juga. Vita bernafas lega. Ia kembali sibuk dengan mie instan yang sedang dimasaknya.
Beberapa menit kemudian mie instan telah siap. Vita membawa dua mangkuk mie instan menuju ke meja makan.
Raka menopang dagu seraya menatap ke arah istrinya sambil tersenyum manis. Tatapan matanya terlihat begitu berbinar-binar dengan jelas meskipun ruangan ini tidak terdapat banyak cahaya.
Vita meletakkan mangkuk di atas meja lalu cepat-cepat berbalik badan. Tidak kuat kalau terus dipandangi oleh suaminya yang terlihat sangat tampan itu.
Grep.
Tangan Vita dicekal oleh Raka lalu menariknya hingga terduduk dipangkuan pria itu.
"Mau kemana lagi?" tanya Raka dengan suara lembut dan manja. Seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan sendirian.
"Ma-mau ke da-dapur," sahut Vita gagap saking gugupnya ditatap dengan intens oleh Raka.
"Mau ambil apa?" bisik Raka di telinga Vita dengan suara menggoda. Membuat Vita merinding seketika.
"A-air pu-putih," sahut Vita berusaha keras menahan diri dari godaan sang suami yang sangat menggoda iman.
"Biar mas aja yang ambil." Raka membiarkan Vita bangkit dari pangkuannya dan duduk di kursi yang ada di samping.
![](https://img.wattpad.com/cover/305803155-288-k291803.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Wife
RomansaVita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pria. Sampai-sampai gadis itu tidak pernah merasakan indahnya pacaran seperti teman-temannya. Hingga suatu hari tepat sebulan sebelum wisuda...