Katanya, jangan kasar sama perempuan jika ingin dianggap sebagai laki-laki yang jantan. Jadi menurut Safir, sekarang ia sedang tidak menjadi laki-laki jantan karena membuat Bianca murung sedih akibat perkataannya tadi.
Apa ia terlalu kasar?
Sebenarnya, Safir tak bersungguh-sungguh akan kalimat tadi. Ia suka jika Bianca dekat denganya, suka saat Bianca justru memaksa pulang bersamanya ketimbang langsung pergi menyerah. Sudut hatinya pun seperti sedang berdemo bersar bersama spanduk bertuliskan 'Jangan Lepas Bianca' atau 'Perjuangkan Bianca, Bodoh! Jangan lo lepasin malaikat buat jelmaan iblis seperti Nila'. Sementara otaknya yang sudah termakan cinta buta, penuh obsesi untuk memiliki Nila membawa spanduk lain berepitaf 'Pertahankan Nila atau Perjuangan lo sia-sia' dan 'Bianca itu pembawa pengaruh buruk buat hubungan lo sama Nila' serta 'Nila pantas lo bahagiain'.
Nyatanya, Safir sedang dirundung dilema. Antara Nila atau Bianca. Atau justru lepas saja semuanya. Cari lagi yang baru dan lebih memikat.
Namun, lagi-lagi ia dibuat kebingungan. Mendapatkan seorang yang membuatnya nyaman tak semudah membuang angin di tempat umum. Rasanya sesulit membeli softex bersayap dengan bungkus wana merah muda untuk bunda. Perjuangannya bukan main sulitnya.
"Safir, ada Nila di bawah. Ada urusan sama kamu katanya."
Safir terperanjat cepat. Nila jarang sekali datang ke rumahnya. Mentoknya hanya membahas masalah pertunangan, pembatalan lebih tepatnya. Namun, selalu saja Safir yang menang, pertunangan dilanjutkan. Hingga pada keadaan Nila tak ingin melepas, tapi terus menyakiti hati dan raga Safir.
"Urusan apa?" Tak repot menyapa bunda lebih dulu, Safir langsung pada inti pembicaraannya. Kenapa Nila mau repot-repot datang kemari?
Bunda mengangkat bahu tak acuh, "Mana bunda tahu, bunda, kan, ikan."
Sial, Safir lupa jika bunda kaum mama muda zaman now yang kalau diajak bicara sulit nyambungnya. Ah tidak, yang benar itu melantur jawabannya.
"Bunda ... Safir serius."
"Kamu tanya sendirilah. Bunda cuma mau manggil kamu terus lanjut siramin taneman di depan. Kamu buruan turun, kasian Nilanya nunggu lama. Udah kayak jomblo yang tadi bunda temuin di feed instagram."
Tanpa kata pentup seperti, baik Bunda, Safir laksanakan, pemuda itu lantas menutup pintu dan mengobrak-abrik isi lemari. Sederhana sebenarnya, hanya saja, Safir selalu ingin terlihat luarbiasa si depan Nila.
Pangeran harus telihat tampan di depan tuan puterinya.
Namun, pada suatu kenyataan yang pahit, Nila lebih menganggap Safir sebagai Shrek yang buruk rupa ketimbang, ken yang tampan paripurna.
Setelah merusak bertumpuk-tumpuk pakaian, Safir menemukan sepasang yang cocok. Sementara kain-kain lain dibiarkan tergeletak tak beraturan di atas lantai. Asal gak ketahuan bunda dan diberesin, aman jiwa raga, tenang Safir saat matanya menatap jerih pakaian di bawah kakinya.
Safir pun segera keluar, cepat-cepat membuka pintu namun harus dikagetkan dengan keberadaan bunda yang datang membawa ponsel.
"Bunda pinjem charger kamu ya. Punya bunda kabelnya dimakan tikus," kata Bunda lalu menggeser tubuh anak semata wayangnya menjauh dari pintu.
"Bun, safir bisa jelaskan." Safir tergagap saat bunda berhenti di depan tumpukan bajunya yang amburadul. Kalau saja ia bisa melihat hingga menembus dinding, Safir pasti tahu betul jika bundanya sedang memasang wajah sangar yang menyeramkan.
"Jelaskan kepalamu botak! Ini kenapa bajunya di bawah semua, Safir!"
Safir lari tunggang langgang bersama teriakan bunda yang menggema. Hampir-hampir terjegal kaki sendiri dan jatuh bergelung di tangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/312148281-288-k945372.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Rasa : Pergi
Teen FictionKadang menjadi begitu terlambat menyadari sesuatu akan membekaskan rasa sakit yang tak lekang oleh waktu. Saat cerita yang kelewat singkat dilalui menghantarkan pada sakit yang menghantui. Safir sudah merasakannya. Dua kali dalam hidup ia seperti di...