F-D-K-T-W-Y-T

401 47 7
                                    

Hello,

I'm really sorry because this take so long.

Maap ya kalau tidak sesuai ekspektasi, tapi ini baru awal.

Kedepannya akan lebih rumet lagi.

SELAMAT MEMBACA
•••••

+++


Seminggu berlalu begitu cepat tanpa Enver sadari. Mungkin karena minggu ini cukup sibuk. Atau mungkin karena Enver merasa semuanya tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Layaknya siang setelah hujan. Atau matahari ketika terbenam. Mungkin akan sering terjadi dan selalu terjadi, namun tidak akan pernah terasa sama lagi. hari adalah variabel alam yang diciptakan untuk satu kejadian.

Setelah kembali dari labirin, Enver langsung menuju Maps Room di tengah hutan bersama Minho dan Ben yang mengikutinya dibelakang. Hari ini mereka mendapat giliran sebagai kelompok kecil untuk menelusuri labirin.

Enver memang setiap hari menelusurinya, kadang bersama Minho juga saat orang-orang lengah setelah makan siang. Ia berusaha untuk tidak melewatkan apapun. Bukan berharap memperpanjang waktu, tapi ia berlatih agar kakinya bisa melangkah lebih panjang dan lebih cepat.

Pintu Maps Room selalu ditutup. Bahkan dibangun dengan menempelkan ranting-ranting yang masih berdaun untuk membuatnya tidak mudah ditemukan. Alby yang memikirkannya, ia yang memberikan usul untuk membangunnya diantara semak. Mereka saja tanpa bantuan Builders. Bahkan sebagian besar Gladers juga tidak tahu ada ruangan bernama Maps Room didalam hutan.

"Jadi, apa saja yang kita dapatkan hari ini?" Enver membuka percakapan dengan mengajukan pertanyaan. Selanjutnya ia duduk di balok kayu yang ada didalam sambil melepaskan sepatunya yang mulai terasa sesak dan panas.

Minho bergabung disampingnya. Melakukan kegiatan yang sama. "Tidak banyak, tapi kurasa ada dinding baru yang terbuka."

"Oh ya?" Ben berdiri mengamati miniatur labirin yang hampir jadi. "Aku menemukan yang tertutup."

Enver berdiri kemudian setelah selesai melepaskan ikat dada dan ikat pingang yang mulai terasa menyesaknya. "Jadi, mungkin saat satu seksi terbuka, seksi lain tertutup. Itu artinya memang ada pola yang diterapkan."

"Saat satu pintu terbuka, jalur baru terbuka juga dengan alur yang berbeda. Entah kita harus beryukur karena mengetahuinya. Atau ini adalah bencana karena bisa saja kita tidak bisa kembali."

Tangan Enver membungkam mulut Minho dengan tangan kecilnya. "Shh, jangan bicara sembarangan."

"Baiklah, kita bicarakan nanti. Badanku lengket sekali, bisa mati kalau tidak segera mandi."

"Ya baiklah, hati-hati Ben."

"Ya."

Tersisa Enver dan Minho dalam ruangan sempit yang hampir penuh itu. Memang belum sempat dirapikan karena tidak ada waktu. Mereka juga berusaha untuk setenang mungkin agar tidak ada Glader yang sadar dan memberontak masuk.

Mereka berusaha saling menjaga dengan menyimpan rahasia. Mereka sangat sadar akan harga yang dibayar nanti ketika akhirnya ketahuan. Mau serapat apapun disimpan, busuk mayat akan tetap tercium juga pada akhirnya. Tinggal menunggu waktu saja.

Entah memang karena hari mulai gelap saja atau tiba-tiba suasana menjadi tidak nyaman untuk Enver yang berusaha fokus menggambar labirin dikertas baru sebelum nantinya dibuat 3Dnya. Ia merasakan ada yang merambat di bahunya. Begitu lembut sampai membuatnya merinding.

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang