Hello there
Ahaa. So sorry baru bisa update ceritanyaTapi aku sudah kembali
Selamat menikmati yaa..
Love you😚───ཹ🌹 ݇-݈
Entah sudah berapa gelas minuman pahit ini Enver tenggak, namun ia tidak terlihat akan segera berhenti. Lagipula malam menjadi semakin dingin ketika orang-orang mulai membubarkan diri dari halaman kampung. Api unggun yang sebelumnya membakar kayu begitu beringas dan terang sudah mulai meredup. Sudah begitu sepi namun Enver masih betah memikirkan kemalangan dirinya yang tidak kunjung usai.
Melihat itu, Minho merasa ia harus menghentikan Enver sebelum terlambat. "Enver sudah, nanti perutmu sakit." Ia mengambil gelas Enver segera. Namun gadis ini malah meneguk langsung dari botolnya. "Sialan.."
"Minho!!"
Kedua tangan Minho penuh mengambil minuman pahit yang belakangan ini Gally buat dalam jumlah besar. Rasanya tidak enak namun membuat siapapun ketagihan. Tidak ada efek macam-macam sebetulnya hanya bisa menghangatkan tubuh saja, namun kalau diminum dalam jumlah besar ya tetap saja akan menimbulkan masalah.
Gadis yang tadi bertepuk tangan dengan riang kini tampak lelah. Wajahnya berkilauan sisa keringat dan minyak alaminya. "Minho, mau minum satu gelas lagi."
"Tidak, kau sudah banyak minum hari ini."
"Tolong.." gadis ini merengek namun jawaban Minho tetap sama,ia takan memberikan lagi. "Emm, menyebalkan."
Sekarang ia merajuk. Melipat tangannya didada sambil cemberut menatapi Minho yang baru saja merebut minumannya. Minho tidak bisa tetap kesal dengan pemandangan seperti ini, namun ia tidak akan luluh. Tidak akan pernah.
Tangannya meraih saku tempat Enver memasukkan sapu tangan Minho sebelumnya. Ia mendekatkan dirinya agar bisa menjangkau benda yang dicari. Mengarahkan kain lembut itu pada wajah Enver yang berkeringat. Mereka tetap seperti itu, dengan Enver yang masih cemberut dan Minho yang sibuk mengelap keringat di wajah Enver sambil mengusap pasir-pasir yang menempel.
Terus seperti itu sampai Enver tiba-tiba menghentikan Minho. Ia sudah tidak cemberut, kini malah terlihat begitu polos menangkup tangan Minho yang lebih besar dari miliknya. "Minho, dadaku sesak sekali. Jantungku berdebar-debar sangat kencang seperti mau melompat."
Minho kaget sekali mendengarkannya. Ia langsung membuang wajah, malu. "En.. tanganmu.."
"Kau merasakannya kan, akuu....aku..." nada suara yang berubah membuat Minho berpaling sekali lagi. "Aku tidak akan mati kan karena berdebar-debar begini. Apa aku akan mati setelah ini, Minhoo...huaa...takut...."
"Enver tidak..."
"Tolong aku, kenapa aku seperti ini. sakit sekali seperti dia mau keluar..huaa..aku harus bagaimana, Minho.."
"En.."
Gadis ini malah makin menangis. Minho yang tersipu karena tangannya berada disana. Di tempat yang tidak seharusnya jadi ikutan berdebar. Akan tetapi sama saja, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Terlebih dengan Enver yang menangis makin keras, bisa bahaya kalau ada yang melihat dan jadi salah paham.
Karena itulah, Minho menarik tangannya. Tindakan sederhana yang membuat Enver menghentikan tangisnya untuk sementara. "Apa aku boleh memelukmu?"
Enver langsung menabrakkan kepalanya di dada Minho. Agak meringis karena cukup sakit terbentur dengan dadanya yang keras seperti batu. Sementara Minho hanya terkikik sedikit. Ia tidak bermacam-macam atau mencari kesempatan, Cuma tidak tahu saja cara apa yang bisa ia lakukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RandomLOVE // THE MAZE RUNNER Alih-alih Teresa, bagaimana bila ada gadis lain yang dikirimkan terlebih dahulu ke Labirin? Seorang gadis yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kekuatannya. Terlihat biasa saja dari luar tapi jelas tidak biasa untuk kapas...