Halo, ini Lin
Aku kembali😚
Selamat membaca yaa
───ཹ🌹 ݇-݈
Tidak ada yang mereka temukan. Tidak ada satupun hal yang berbeda dari labirin. Enver sudah memastikannya dalam seminggu ini. Tidak ada urutan yang baru. Tidak ada perubahan waktu. Bahkan lumut yang menumbuhi dinding juga masih berada di tempatnya, sama persis seolah Enver tidak pernah merobek mereka.
Setelah hampir tengah hari, Enver dan Minho yang memiliki jadwal berkeliling bersama memutuskan untuk beristirahat lagi. Mereka sudah berhenti sekitar empat puluh lima menit yang lalu, tapi mereka juga berhenti lagi kali ini.
Hal pertama yang Enver lakukan tidak lain adalah meludah. Ia memiliki kebiasaan baru seperti ini sejak kembali lagi ke labirin. "Kenapa kau melakukannya?"
"Apa?"
"Yang baru saja kau lakukan?"
Enver berniat mengabaikannya. Rasanya tidak penting sekali pertanyaan Minho kali ini. Tapi ia tetap menjawabnya. "Tidak tahu tapi mulutku rasanya pahit sekali belakangan ini. Rasanya ingin meludah saja."
Minho tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum. Ia hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban dari pertanyaannya yang penasaran. "Tidak sungkan sama sekali."
"Tidak perlu, lagi pula itu hanya kau."
"Hanya aku?"
"Ehm.." Enver mendekati Minho. Ia melakukannya spontan saja sambil menatapi wajah Minho dari jarak dekat.
"Apa?"
"Apa hidungmu memang begini?"
Tangan Minho spontan mendorong wajah Enver menjauh dari dekanya. "Apaan sih mendadak sekali."
"Woah kalian sama saja ya ternyata." Tonasi surasanya yang berubah itu membuat Minho segera menatap Enver kembal. "Kau, Gally, dan Newt kadang-kadang memiliki ekspresi seperti itu."
"Apa maksudmu? Kami tidak sama, jangan sembarangan."
"Nyatanya memang sama. Hanya beda luarannya saja."
Minho tidak ingin menanggapinya. Apapun yang tidak begitu berpengaruh untuknya, Minho sama sekali tidak ingin menanggapi semakin jauh. Tidak penting.
Mereka masih meikmati waktu istirahatnya. Menghirup udara penuh aroma rumput dan lumut yang menjadi familiar lagi setelah sekian lama. Enver pernah bersin-bersin seperti anak baru saat kembali kemarin, namun ia sudah terbiasa sekarang.
"Hidungmu tidak merah lagi."
Enver mengalihkan matanya pada Minho. Ie selesai dengan tegukan pertamanya. "Tentu saja, kau pikir aku siapa."
"Hm, my favorite one."
"Hmm?" gestur sederhana untuk menanyakan kembali sesuatu yang tidak begitu didengarnya. Enver menatapi Minho dengan tatapan penasaran yang menggemaskan seperti waktu itu.
Bukannya menjawab malah dia memalingkan wajahnya. Meninggalkan Enver dengan tanda tanya besar di kepalanya. Hanya dengan gelengan yang membuat Enver mengangguk saja. Ia tidak begitu ingin menanggapinya.
"Ayo, kita harus kembali sebelum pintu tertutup. Pokoknya jangan sampai terjebak di labirin."
"Kira-kira apa yang akan terjadi jika kita terjebak dilabirin semalaman?"
"Tidak tahu, aku tidak ingin mencobanya."
Enver melemaskan kakinya. Karena dari sini, ia akan berlari tanpa henti hingga ke pintu depan. Tidak ada yang lebih penting dari keseimbangan dan ketepatan dalam memperkirakan kecepatan. Meskipun bersama dengan Minho yang akan menjaga seperti yang ia janjikan, Enver tidak ingin merepotkannya tidak sekarang setelah orang-orang menyebalkan itu memelototinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RandomLOVE // THE MAZE RUNNER Alih-alih Teresa, bagaimana bila ada gadis lain yang dikirimkan terlebih dahulu ke Labirin? Seorang gadis yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kekuatannya. Terlihat biasa saja dari luar tapi jelas tidak biasa untuk kapas...