Promises

285 19 2
                                    

Happy New Year!!
Halo aku kembali
Sorry banget yaa aku sering ingkar janji😫😫. Padahal rencananya mau kuselesein sebelum 2024 tapi aku bahkan baru mulai update lagi sekarang😫😫.

Selamat membaca yaa semoga suka awkwk..

───ཹ🌹 ݇-݈

WICKED is Good

WICKED is Good

WICKED is Good

Wicked..is..good...

"WICKED is Good."

Gelap setelahnya. Kalimat yang terucap sepanjang Thomas sadar hingga entahlah, ia terbaring dengan mata terpejam. Anestesi yang diberikan padanya sedang bekerja dengan baik. Membuat raga yang terbaring jadi tidak merasa sakit. 

Prosedur yang dijalankan sama persis dengan subjek lain selain Enver. Dengan dokter yang juga sama. Hanya saja, Ava datang untuk memberikan salam perpisahan sekalian mengantar anak emas mereka menuju labirin yang sudah dirancang bertahun-tahun sebelumnya.

Satu hal yang tidak diketahui Thomas, sejak awal dia memang lah subjek yang akan diterjunkan ke labirin entah dia yang mengajukan diri atau mereka  yang akan membuat situasi untuk Thomas mengajukan dirinya sendiri. 

Ini adalah adegan alami. Bahkan sebetulnya lebih cepat dari yang seharusnya mereka rencanakan. Tapi tidak masalah. Lebih cepat lebih baik. 

Tidak. Sebetulnya bisa menjadi bencana besar. Tapi, mereka tidak menyadarinya.

Tidak mau menyadarinya.

───ཹ🌹 ݇-݈

M

inho dan Enver baru saja berisirahat. Enver pun masih tersenggal karena mereka berlari lebih lama dari biasanya. Hari ini, mereka tidak lagi mencari, tapi melatih diri sendiri. 

Jalan yang mereka pikir akan ada di suatu tempat diantara dinding labirin, dibawah tanaman rambat yang memenuhi pagar-pagar kokoh menjulang tinggi, diantara celah yang mungkin merupakan tombol rahasia, atau lekukan tidak masuk akal yang bisa saja adalah lorong menuju pintu keluar. Nyatanya tidak pernah ada. Tidak seperti yang mereka semua yakini. 

Belakangan ini, Minho sudah memastikannya sendiri. Hampir tidak ada celah yang belum mereka jelajah. Ada satu yang belum pernah mereka coba sebetulnya, melalui para mahluk hibrid yang menjijikan itu.

Tapi mau sekuat apapun, mereka tetaplah manusia yang lemah dihadapan hewan ciptaan lab. Tidak dengan besi dan kabel yang menggerakkan hewan itu. Juga bentuknya yang seram. 

Mereka duduk bersebelahan, menyantap masing-masing satu butir apel yang dibawa sambil menatap langit yang hari ini sangat cerah. Sungguh dari atas sini pun rasanya tetap tidak ada celah. Dinding-dinding tua itu sangat rapih dan rumit. Mau tidak mau menggelitik logika mereka untuk berpikir mengenai bagaimana rute dinding itu dirancang. Siapa manusia hebat yang terpikirkan hal menyakitkan seperti ini. 

Astaga, harapan yang awalnya melambung tinggi tebal sudah tidak ada lagi bagi mereka yang tahu bagaimana kenyataannya. Atau begitulah yang dipercayai mereka. 

"Bahkan kalau harus mati sekarang, aku mungkin tidak akan menyesal," Enver mengatakannya tiba-tiba. Membuat Minho menyikut tulang rusuk sang gadis yang ada disebelahnya. Enver hanya tersenyum senang melihatnya. "Bercanda.."

"Kalaupun kau melompat sekarang, aku pasti akan menghalangimu bahkan sebelum kau sampai atas."

"Iya iya," Enver bahagia dengan percakapan singkat mereka. "Kita turun kapan?"

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang