Truth or Dare

970 126 8
                                    

Aku masih nungguin ya siapa yang jawab dan siapa yang benar😚

5 chapter buat work ini done loh btw😊yok yang bisa betul wkwk

Oh iya aku pernah bilang aku ga pake nama Y/N karena selain ga nyaman alasan lainnya adalah this story isn't about you and him, this is about my character x the original character. Wkwkwk sorry😩

.
Selamat Membaca
.

Enver sudah jauh lebih tenang dibandingkan saat ia baru saja mendengar suara lengking yang terdengar mengerikan sebelumnya. Ia kemudian mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja saat beranjak untuk meninggalkan semua orang, untuk menyendiri dibalik balok kayu yang jaraknya agak jauh dari api unggun, dari kerumunan. Duduknya dibuat menghadap tembok beton yang tingginya sampai ratusan kaki itu. Ia melamun, tidak tahu memikirkan apa dalam kepalanya.

Alby baru selesai berdiskusi dengan Gally dan Minho terkait gubuk untuk anak perempuan itu dibangun dimana dan diminta harus dilakukan segera. Alby mengambil gelas berisi cairan coklat bening sambil mencari keberadaan anak baru yang tadi pagi datang. Agak lama mencari sampai ia menemukan bayangan dibalik batang tumbang. Allby menghampiri Enver kemudian.

Tangan Alby mengusap kepala Enver lembut, membuat anak perempuan itu menoleh dan tersenyum begitu mendapati kehadirannya. Alby kemudian menjauhkan kepalanya dan duduk bersebelahan dengan Enver diatas rumput.

"Ayam?" Alby menyodorkan daging ayam yang sudah dipanggang itu pada Enver.

Tangan Enver terulur untuk menerimanya. Mereka kemudian berbagi balok kayu untuk bersandar sambil sesekali mengigit daging ayam yang kulitnya agak hangus itu dan mengunyahnya perlahan.

"Kenapa kau kemari?"

"Hanya ingin menemanimu."

Kepala Enver dipalingkan menghadap tembok lagi. Menatapinya dengan putus asa sambil menghabiskan ayam bakar hampir gosong yang diberikan Alby padanya. Setelah meneguk air dari gelas miliknya, Enver bertanya.

"Apakah kita bisa keluar?"

Alby tidak segera menjawab. Ia memilih untuk meneguk air dalam gelasnya dan membiarkan pertanyaan itu melayang tanpa jawaban. Ia lalu berdiri, "Sudah hampir larut, kau harus tidur."

"Aku belum ngantuk."

"Kau harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan besok."

Kalimat Alby adalah perintah yang jelas dan tak terbantah. Mau menolak pun tidak bisa karena mereka harus bekerja sama agar keseimbangan yang mereka buat bisa terus terjaga. Enver kemudian membuang air dari gelasnya dan bangkit untuk mengikuti Alby kembali ke desa. Benar, malam sudah larut, kalau dibiarkan terjaga otaknya bisa berfikir liar yang akan membuatnya kembali kesakitan.

"Good night, sis" Alby berbelok ke jajaran pohon kurus dimana anak-anak yang lain juga berada disana.

"Good night, Alby.

[───ཹ🌹 ݇-݈]

Malam itu Enver tidak sangat nyenyak dan sangat cepat tapa ia duga. Ia hanya ingat saat mengucapkan selamat malam pada lalu ia sudah bangun sekarang.

Bukan karena cahaya atau suara seseorang yang memangunkannya. Namun suara bising dari luar yang membuatnya terkejut dan langsung bangun.

Enver memasang sepatunya dan keluar menuju kolam untuk cuci muka. Ia melihat Frypan sedang menyiapkan makan dan Enver segera mendekat setelah selesai membersihkan wajahnya dari dosa-dosa kemalasan. Frypan tersenyum saat melihat Enver datang mendekat kearahnya. Ia langsung memberikan sekeranjang besar kentang untuk dikupas sebelum dimasak.

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang