Hellowwwwwww
Apa kabar?
───ཹ🌹 ݇-݈
Dimanakah Kebebasan itu Sekarang?
Rasanya sudah tidak ada lagi yang benar. Pengorbanan-pengorbanan ini serasa tidak bernilai. Percobaan demi percobaan yang memainkan nyawa orang. Bukan memainkan –rasanya tidak etis jika disebut demikian– namun memang belum menemukan hasil yang menjanjikan. Sebetulnya mungkin mereka ingin menangis tiap kali membungkus mayat seseorang untuk dikebumikan. Dilantai paling bawah yang hampir tidak terjamah, ada ratusan nisan tanpa nama yang berjejer begitu rapih memenuhi hampir seperempat bagian ruang tersebut. Mereka adalah orang-orang yang dipaksa menjadi pahlawan. Orang-orang yang dijanjikan untuk memiliki kehidupan yang menyenangkan, yang aman tanpa perlu khawatir akan virus ganas yang sedang menari memainkan benang-benang nyawa manusia dalam pohon kehidupan.
Yang sebetulnya jika mereka cukup cermat untuk memaknai kalimat itu, seharunya mereka sadar bahwa tidak ada kehidupan didunia yang damai, hanya kematian yang memawa meeka dalam damai. Kehidupan setelah kematian jika perlu dirincikan.
Satu tubuh terakhir telah masuk dalam lubang kuburan siap untuk ditimbun. Sebelum menurunkan tanah, para petugas menunduk memberikan penghormatan terakhir. Hanya ini yang bisa mereka lakukan. Melawan takdir kematian memang tidak akan luput dari mendahulukan nyawa seseorang diatas nyawan puluhan orang yang lain.
Mesin-mesin yang tadi dijalankan untuk menggali lubang, kini mulai menurunkan tanah remah diatas peti yang beridentitas kode subjek eksperimen. Menancapkan nisan sebagai tanda bahwa tempat itu tidak boleh diinjak sebagai bentuk penghormatan, mereka kemudian merapikan semua mesin dan peralatan. Membersihkan diri untuk memastikan tidak ada yang terbawa keatas.
"Ini yang terakhir..." seseorang bersuara meninggalkan seragam kerjanya. "Aku tidak mau melakukan ini lagi." Ia menambahkan ketika berbalik menghadapi rekan kerjanya yang terlihat sama lelah, sama putus asa.
Pria paruh baya itu melepas masker, "Aku tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan diuar sana, setidaknya kita harus punya rencana."
Yang lainnya yang mendengarkan mengangguk dengan usul benar yang seseorang sampaikan. "Aku kenal seseorang dari atas, kami pernah berbicara dari dinding tanpa sengaja. Seorang wanita, dia adalah dokter."
Keduanya yang masih tertinggal saling bertatapan seolah mereka juga pernah mendapatkan pengalaman serupa. Seseorang dengan janggut lancip mendekat, ia berbisik. "Marry kan yang kau maksud, Vince?"
Vince agak kaget namun ia mengangguk. "Bagaimana kalian tahu?"
Pria paruh baya dengan identitas Marten pada dada kirinya terkekeh ringan, "Kami pernah bertemu di Camp pengungsian sebelumnya."
"Kalau aku, kami kebetulan berasal dari negara yang sama." Yang terakhir dan yang termasuk termuda dalam geng 3 orang paruh baya itu menjelaskan pertemuan mereka dengan Marry.
Vince tersenyum tak tercaya, ia kemudian menggeleng. "Takdir macam apa ini?"
"Entahlah. Bagaimana kita dipermainkan seperti ini ya.." Marten terkikik pelan menepuk Indra yang termuda diantara mereka. Disambut tawa pelan Vince yang menatapi mereka berdua.
Suara tawa itu rupanya terdengar oleh seorang petugas keamanan yang kebetulan berpatroli disekitar pemakaman pada ruangan bawah tanah. Ia berwajah garang mendekat sambil berdehem kencang. Ditangannya ada senapan laras panjang berpeluru cakram listrik, umumnya tidak mematikan namun memiliki efek kejut yang cukup untuk membuat target lemas kemudian pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RandomLOVE // THE MAZE RUNNER Alih-alih Teresa, bagaimana bila ada gadis lain yang dikirimkan terlebih dahulu ke Labirin? Seorang gadis yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kekuatannya. Terlihat biasa saja dari luar tapi jelas tidak biasa untuk kapas...