.
Selamat Membaca
.Matahari sudah hampir tenggelam. Cahayanya yang jingga lembut menghiasi langit sebelum gelap. Membuatnya menjadi lukisan abrak yang indah.
Enver sudah selesai mandi. Ia juga memakai baju baru yang nyaman tapi cukup bagus dikenakan untuk pesta rutinan. Ia keluar dan bergabung bersama Minho didekat lingkaran. Mereka semua sudah siap untuk pesta api unggun yang sesungguhnya.
Kayu bakar yang disusun acak mengerucut itu juga tampak lebih besar dan tinggi dibandingkan yang semalam. Diatas meja didekat lingkaran itu juga tersaji minuman milik Gally, Enver sempat membantu membuatnya sore tadi. Ada sekitar sepuluh botol besar disana tertata menghabiskan ruang. Juga beberapa keranjang berisi buah segar yang baru dipanen dari hutan.
"You look good," Minho berkata saat melihat Enver dengan pakaian barunya.
Enver kemudian tersenyum manis dan bergaya imut, "thank you."
"Jangan lupa dengan permainan kita tadi pagi, En" kata Minho lagi. Matanya menatap lurus ke belakang Enver tepat dimana Newt berdiri disana.
Mata Enver menoleh kearah Minho menatap. Ia tersenyum pada Newt dan kembali menatap Minho. "Don't be jelous."
"Tidak mungkin, but the boy beside me, will."
Mata Enver menyipit, ia melihat ke samping Minho tapi tidak ada siapapun disana. "Tidak ada siapapun disampingmu."
Minho menoleh dan kemudian melihat Gally membawa beberapa galah obor yang terdapat sumbu diujungnya, terikat dengan kuat menggunakan ranting kering pohon yang agak lunak. Winston dan Jeff membuatnya tadi sore.
Gally membagikan galah obor itu pada semua orang yang berdiri melingkar termasuk Enver yang juga merupakan salah satu diantara mereka. Lalu Gally berdiri tepat disamping Minho.
"I told you," bisiknya pada Enver.
"Kau juga," Enver membawa galah obor itu pergi dari kerumumnan. Ia menghampiri Newt yang duduk sendirian diatas batang pohon kayu yang tumbang, termenung entah memikirkan apa.
"Kau mau nyalakan api unggunnya, Newt?" Enver memberikan galah kayu itu, menunggu Newt mengambilnya.
Kepala Newt mendongak, mengulurkan tangannya kemudian. meskipun agak ragu, anak itu tetap menerimanya. "Terima kasih," anak laki-laki itu berkata.
Enver tersenyum lembut dan menggandeng lengan Newt untuk bergabung bersama yang lainnya. Suasana canggung yang sebelumnya menyelimuti sudah tidak ada lagi. Keduanya sudah sepakat untuk melupakan kejadian memalukan itu. Memang harus seperti itu agar suasana Glade kembali menjadi nyaman satu sama lain.
Tangan Enver meremas bahu lengan Newt, membuat anak laki-laki itu menoleh bingung meminta penjelasan. Enver menghentikan langkah mereka, ia kemudian berbisik. "Enjoy the party, Newt."
"Alright man, light them up!!" Alby berteriak memberikan instruksi.
Mereka semua kemudian mengangkat galah obor keatas, berseru hu dan ha sebelum kemudian melemparkannya ke tumpukan kerucut kayu itu. Semua orang berteriak senang. Bersorak-sorak seolah merayakan kemenangan. Suara tepukan kemudian terdengar untuk memeriahkan. Sekaligus sebagai instruksi pesta mereka akan dimulai.
Anak-anak yang duduk berjejer dengan ember silver didepannya itu berseru hu dan ha, kemudian mengetuk-ngetuk ranting yang sudah halus ke pantat ember dan menimbulkan suara. Entan not tangga apa yang mereka bunyikan, suara itu terdengar meriah dan nyaman.
Dari bahu ke bahu, Alby merangkulnya satu per satu. Menepuk mereka dan menggandeng tangan sama-sama. Berputar dan bersorak senang seolah esok mereka akan perang. Seolah esok sudah tidak ada lagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RandomLOVE // THE MAZE RUNNER Alih-alih Teresa, bagaimana bila ada gadis lain yang dikirimkan terlebih dahulu ke Labirin? Seorang gadis yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kekuatannya. Terlihat biasa saja dari luar tapi jelas tidak biasa untuk kapas...