I Feel the Same Way, Alena.

915 99 22
                                    

Haii aku kembali. Tidak update minggu lalu mon maap ya mungkin kedepannya juga bakal sering absen. Dan kuharap kalian bakal setia buat ngikutin ini cerita sampe selesai.

Aku open diskusi nih nanti direply disini yaa.

[Ceeileh diskusi wwkwk]

Jadi gini, aku baru aja rewatch fantasy movie The pirates of the Caribbean Dead Man's Chest dan The Pirates of the Caribbean At World's End. Ini bagus sih tapi emang agak geli gitu wkwk. Terus diskusinya adalah aku berencana buat munculin karakter bajak laut di buku ketiga atau keempat (mampus malah spoiler). Gimana menurut kalian.

Btw makasih ya sekali lagi buat yang hobi tapping buttom star. You deserve this moment.

.

Selamat Membaca

.

───ཹ🌹 ݇-݈

Acara makan bersama di siang itu berakhir begitu saja ketika satu-satunya gadis yang tinggal bersama mereka mengatakan dengan tegas untuk menyimpan rahasia. Semua orang mendesah kecewa. Mereka kan juga penasaran dengan apa yang terjadi dengan dua anak baru ini. Mungkin jika diberitahu, mereka bisa membatu. Meskipun, tentu saja tidak banyak karena pengetahuan mereka yang sempit. Sebab anak-anak ini hanyalah remaja awal yang dipaksa dewasa dengan cara yang kejam.

Enver menyuap makanannya dengan tenang meskipun terlihat dengan jelas gadis itu tidak nyaman. Bagaimana tidak, semua pasang mata dari setiap anak remaja yang ada disekitar memandanginya dengan tajam. Beberapa terlihat sampai menyipitkan indra penglihatannya, yang lain memeringkan kepala dan melakukan hal yang sama pada mata mereka, sebagai isyarat kalau semuanya curiga.

Ini sungguh aneh. Enver tahu dirinya memang satu-satunya gadis yang pernah ada namun mereka tidak perlu menatapinya seperti itu. Tidak perlu menyipitkan mata dan memperhatikannya dari kaki sampai kepala. Beberapa orang yang tidak sengaja tertangkap basah oleh mata Enver sedang menatapinya sambil mengigit bibir dan memainkan sendok ditangannya dengan aneh. Enver melebarkan mata dan menegakkan tubuhnya tidak sengaja kemudian menunduk. What the hell.

"En,"

Si pemilik nama menoleh saat dipanggil. "Ya?"

Minho tersenyum lembut sebelum mengucapkan kalimat berikutnya. Ia mengulurkan tangan kemudian berkata, "come with me, please."

Apa lagi? Enver menatap kearah Alby yang sedang memperhatiaknnya dari jauh. Anak laki-laki itu tersenyum setelah selesai menyuap makannya, kemudian mengangguk mantap seolah memberi tahu Enver kalau tidak apa-apa untuk menerima uluran tangan Minho. Enver menghembuskan nafas berat yang agak panjang. Kemudian mendorong nampan besi yang sudah kosong dan berbisik meminta tolong pada Newt untuk membawakannya nanti. Newt menangguk setuju. Setelah menggumamkan terima kasih, Enver langsung pergi bersama Minho yang sebelumnya mengulurkan tangan, membantunya jalan.

"Don't worry about that. Lagi pula dia takan memilihmu, little slighthead." Gally bersuara dengan kalimat kasarnya kemudian tertawa. Orang-orang yang mendengar juga tertawa kecuali Alby yang dengan tenang menatapnya dan berbicara lewat mata untuk mengabaikan kalimat Gally.

Sejujurnya Newt memang sudah mengabaikan karena ia juga tidak peduli, jadi dia diam saja, bahkan tatapan Alby diabaikannya karena ia sedang tidak memikirnya apa yang terjadi sebelumnya. Ada hal lain yang membuatnya makin penasaran mengapa seolah ia dan Enver terikat dengan sesuatu yang ia tidak mampu pahami.

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang