50 vote keknya kelamaan yee wkwk.
Gapapa deh update aja soalnyaa aku syg kelen. Aw.Lagi apa nii?
Coba kasih tahu aku, kalian lagi ngapain pas buka capter ini?
•
Selamat Membaca
•••••───ཹ🌹 ݇-݈
"Hey,"
"Ya?" balas Enver sesaat setelah ia sadar. "Kenapa?"
"Kita harus pergi."
Mata Enver masih belum lepas dari memperhatikan teman-temannya. Masih ragu, apakah sesuatu memang tersimpan jauh didalam liku-liku dinding labirin itu, atau harapan tingginya hanyalah semu.
"En...."
Ujung bibirnya tertarik sedikit, membentuk sebuah senyum yang sangat tipis. Hampir tidak terlihat jika saja tidak diperhatikan dengan tajam. Enver masih menyambung kontak matanya dengan para remaja-remaja itu, sesekali mengangguk jika salah satu diantara mereka memamerkan hasil panen yang memang sangat banyak.
Ada Gally yang memanggul keranjang rotan berisi penuh jagung-jagung kuning dan putih. Ada Alby yang mencabuti bekas jagung yang buahnya sudah diambil habis. Juga para remaja yang mulai meninggalkan petakan kebun jagung menuju tempat yang lebih teduh untuk membersihkan buah-buah jagung yang telah di panen. Sebuah hidup yang menyenangkan jika dinding tebal ini transparan. Jika mereka hidup di desa yang nyaman dan tentram.
Minho menggoyangkan bahu Enver, yang langsung ditatap oleh gadis itu. "Iya, ayo pergi."
Gadis itu langsung berdiri dan berlari. Mengambil alih sebagai pencari diikuti oleh Minho yang melangkah kakinya lebih pelan dibanding Enver yang sudah melesat agak jauh didepan. Mereka akhirnya memulai pekerjaan setelah panas sudah naik sedikit lebih tinggi dibanding saat fajar. Sudah cukup telat namun tetap santai. Mereka sudah berunding untuk menghafalkan, bukan mencari sejauh-jauhnya dalam sepuluh jam.
───ཹ🌹 ݇-݈
Sementara Enver dan Minho yang melesat jauh berlarian dibalik dinding tebal itu, Newt melanjutkan lagi kegiatannya yang sempat tertunda karena membantu para Petani memanen jagung mereka. Sudah hampir sebulan Newt disana, dan ia sudah mengenal semua orang meskipun belum sangat akrab. Hanya dengan Frypan yang memang lebih ramah, dan Alby yang merupakan pemimpin mereka disini. Jika diibaratkan dengan kehidupannya sebelumnya, ia mungkin adalah pemimpin dalam pemerintahan yang tingkatannya berada paling rendah. Entah apa sebutannya, Newt kesulitan mengucapkan.
Ia mengambil nampan-nampan dan gelas yang tetumpuk dibawah meja, kemudian membawanya ke belakang dapur untuk dibersihkan. Tidak sulit mengerjakan pekerjaan itu karena memang mereka hanya memakan sesuatu yang ringan. Tidak akan meninggalkan bau sebab hampir semua bahan makannya natural yang diolah dengan cara sederhana. Sebisa mereka.
Tidak butuh sampai enam puluh menit, Newt sudah selesai mengembalikan alat makan yang kering di tempatnya semula. Yang pasti langsung siap pakai jika akan digunakan.
"Sudah selesai?"
Newt mengangguk, ia juga menunjuk tempat penyimpanan alat makan itu. "Beres."
Alby yang ada dibelakang Frypan mengangguk, "Bagus, kau bisa istirahat jika tidak ada yang akan dikerjakan."
"Good," Newt membalas dengan senang.
Ia meninggalkan dapur segera, berjalan sambil mengeringkan tangannya yang masih lembab. Entah kemana tujuannya kali ini. Mungkin Newt hanya akan duduk di Menara dan memperhatikan semua orang bekerja sesuai dengan tugasnya. Atau membaca buku yang disimpan di samping gubuk Enver untuk menambah pengetahuan. Atau mungkin ia hanya akan duduk didalam hutan sambil merendam kakinya di aliran air dan terlelap hingga petang. Newt terlalu bosan sebab ia belum menentukan pekerjaan apa yang akan ia pilih untuk jangka panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE
RandomLOVE // THE MAZE RUNNER Alih-alih Teresa, bagaimana bila ada gadis lain yang dikirimkan terlebih dahulu ke Labirin? Seorang gadis yang sengaja diciptakan untuk dibuktikan kekuatannya. Terlihat biasa saja dari luar tapi jelas tidak biasa untuk kapas...