Ghost

161 10 1
                                    

!TW!

Blood, Violence, Beast, Unrealistik Scene

───ཹ🌹 ݇-݈

Angin dingin berhembus cukup kencang dari balik punggung Enver. Bisikan dalam tut nada yang membuatnya mematung ditempatnya. Ia ingin berteriak meminta Minho untuk berhenti. Meminta bantuan untuk menariknya dari perasaan tidak nyaman ini.

Perasaan asing yang tiba-tiba terbaca oleh batinnya. Gambaran tentang ruangan serba putih yang telah lama tidak dilihatnya dalam mimpi. Wajah-wajah asing yang menatapnya seksama seolah bisa melubangi seluruh tubuh Enver yang lemah. Suara-suara yang samar bersautan tak tergambarkan. Gema dan jeritan yang entah mengapa terasa familiar.

Disaat ketika Minho berbalik kepadanya. Dan Enver yang reflek tersenyum ketika iris mereka bertabrakan disana. Enver tahu betul tatapan apa itu. Takut yang menyebar seketika dan perasaan tidak berdaya menggigiti seluruh Minho yang mematung didepan Newt dan Chuck yang selalu menjemput mereka di pintu labirin.

Senyum manis yang mungkin akan menjadi trauma yang menyakiti seluruh jiwanya. Disaat ketika pintu akan rapat sedikit lagi, seseorang dengan pakaian lusuh menariknya keluar dari sana. Menyebarkan lega dalam diri Enver yang tidak tahu lagi sedang merasakan apa. Sesaat setelah mata coklat yang menatapnya penuh putus asa itu ditangkap Enver, gadis ini terjatuh ditempatnya. Kepala yang katanya sekeras batu itu membentur tanah. Sedetik sebelum seluruh pandangannya menggelap, ia melihat Griever menusukkan sengat diekor pada betisnya.

"Sialan

───ཹ🌹 ݇-݈

Ini harusnya adalah pesta sambutan sesuai dengan yang Newt katakan tadi siang. Meskipun berada ditengah kepanikan saat tidak ada apapun yang tertinggal di kepalanya, anak yang baru datang ini tidak bohong kalau ia sangat menantikan bagaimana upacara sambutan yang orang-orang siapkan itu akan diadakan. Tapi yang sekarang ini lebih seperti upacara pemakaman.

Wajah-wajah bahagia yang dipaksakan. Makanan yang entah mengapa tidak lagi menggugah selera orang-orang. Mereka tidak lagi lapar. Bahkan terang-terangan, beberapa orang terlihat menangis ketika api unggun dinyalakan. Mungkin ini akan menjadi trauma baru.

Trauma kehilangan juga jeritan mengerikan yang terdengar sesaat setelah pintu labirin tertutup.

Ini bukan salah si anak baru. Dia jelas tidak ada hubungannya dengan ini semua, namun beban perasaan yang dirasakannya begitu nyata. Dadanya sesak ketika mengingat bagaimana wajah gadis yang cerah itu seketika memucat. Sesuatu pasti terjadi, ia tidak mungkin sengaja bunuh diri. Tidak dengan semua semangat dan kecerdasan si gadis yang diceritakan Chuck dengan riang ketika mereka menyusun kayu bakar siang tadi. Dari sana saja sangat jelas kalau Enver tidak mungkin sengaja bunuh diri.

haahhh... Tanpa sadar ia menghela nafas begitu berat. Berkali-kali ia meyakinkan diri diantara kepanikan yang berusaha ditahannya kalau kejadian ini bukan salahnya. Namun fakta bahwa dia datang dan seseorang menghilang jelas membuatnya merasa kalau ia adalah beban. Sialan, sudah cukup hilang ingatan menjadi beban untuknya, tidak dengan rasa bersalah yang menyakiti hatinya juga.

Ia meneguk minuman keruh digelas yang katanya adalah surga dunia yang segera ia muntahkan lagi segera setelah menyentuh indra perasa. Menyumpahi pahit dan getir dari minuman itu. Entah sudah berapa puluh kali kata-kata kasar ini keluar di hari pertamanya datang.

"Ngapain?"

Suara ringan yang tiba-tiba datang itu mendapat atensi penuh darinya. Ia melihat seseorang dengan rambut coklat keemasan datang dengan air dua tusuk daging bakar. "Tidak ada."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang