Chapter 21

33.9K 2.5K 4
                                    

Ara memasuki ruangan divisinya dan langsung menemukan wajah teman-teman nya terlihat berbeda. Ara berjalan mendekat dengan rasa bingung yang menghinggapi hatinya.

"Ada apa ?" Ucap Ara kepada Celline yang terlihat kebingungan.

Perempuan itu menatapnya sebentar sebelum membalas pesan di ponselnya

"Devian tiba-tiba di pindah ke cabang di luar kota. Tanpa alasan dan dia menjadi pegawai biasa juga di sana" ucap Celline dengan kerutan yang jelas di keningnya.

Devian ? Dipindahkan tanpa alasan? Bukankah hal seperti itu tidak di benarkan ? Apalagi Devian di sini merupakan kepala divisinya.

Seharusnya tidak mungkin jika perpindahan di lakukan secara mendadak. Harus ada pemberitahuan terlebih dahulu.

"Kau tenang saja. Nanti pasti kita akan diberitahu. Tidak perlu di pikirkan" ucap Celline sambil menepuk lengan Ara.

"Kerjakan tugasmu saja dulu. Hampir jam masuk kerja" ucap Celline yang membuat Ara memutuskan berbalik menuju tempat duduknya.

Ara berdiri di depan meja kerjanya dan menaruh tasnya. Beberapa temannya masih terlihat kebingungan dan kaget. Tentu saja Ara saja yang baru bergabung di sini saja seperti merasakan kehilangan Devian.

Apalagi mereka yang sudah mengenal Devian sejak lama dan tiba-tiba salah satu temannya di pindahkan begitu saja. Bukankah ini sedikit aneh ?

Ara menghela napas dan mendongak ke atas. Hingga tatapannya berhenti pada sebuah benda yang menurutnya penempatannya sedikit aneh.

Sebuah CCTV tepat di atas meja kerjanya dan terarah ke tempatnya.

Dengan cepat Ara mengalihkan pandangan matanya pada setiap sudut ruangan divisi. Hanya ada CCTV di satu sudut ujung ruangan. Hanya itu dan menurutnya CCTV di mejanya itu terlihat berbeda.

"Apakah ini CCTV baru ?" Ucap Ara pada Celline sambil membalikkan badan.

Celline mengikuti arah tunjuk tangan Ara dan mengerti apa yang sedang di maksud Ara.

"Oh ya bagaimana kau tau ? Itu di pasang tepat sebelum kau masuk ke sini" ucap Celline yang membuat jantung Ara seperti di pukul dengan keras.

Baru saja di pasang ? Ara bukan orang bodoh yang berpikiran itu hanya ketidaksengajaan.

Ara dengan cepat membalikkan badannya keluar dari ruang divisi meninggalkan tasnya. Hal itu membuat Celline berteriak karena bingung dengan sikapnya.

Tetapi yang dipikirkannya saat ini adalah Axton. Bukankah semua ini terasa aneh ? Tidak lebih tepatnya ini semua di sengaja.

Pria brengsek!

Ara naik ke lift petinggi tanpa mengatakan apapun dan segera menekan tombol menuju lantai yang ingatannya adalah ruangan Axton.

Perasaan dongkol terasa di hatinya. Jika saja Ara menemukan fakta jika Axton berhubungan dengan perpindahan Devian. Ara akan mengamuk pada pria itu.

Tepat bunyi lift berdenting. Ara langsung melesat keluar dari lift bahkan sebelum pintu lift terbuka sepenuhnya.

Meja kerja Nail yang memang berada di luar ruangan membuat pria itu mengetahui kedatangan Ara yang tergesa-gesa.

Pria itu berdiri melihat kehadiran Ara dan ingin mencegahnya. Tetapi Ara melesak lebih cepat untuk membuka pintu ruangan Axton.

Pandangan di depan matanya sukses membuat jantung Ara seakan teremas-remas. Suaminya itu ah... Lebih tepatnya pria brengsek itu tengah memangku sosok perempuan.

Ara mengepalkan tangannya dengan rasa marah yang membuncah. Sedangkan Nail yang berdiri di belakang terlihat panik.

"Mrs. Ellard ini tidak..." Belum sempat Nail menyelesaikan ucapannya Axton menoleh kearahnya.

Pria itu terlihat kaget dengan kehadirannya. Sedangkan perempuan yang di pangkuan Axton juga ikut menoleh. Tetapi Ara sangat tidak Sudi menatap perempuan itu.

"Ara ini tidak..." Panik Axton dan mendorong perempuan itu untuk menjauh.

"Kau pria brengsek" ucap Ara sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan ini.

"Kau seharusnya menahannya, bodoh!" Suara teriakan Axton terdengar ketika Ara menutup pintu tersebut dengan keras. Setidaknya Ara tidak ingin ada adegan lari-larian di sini seperti orang gila.

Dengan cepat menekan tombol lift. Keuntungan menggunakan lift petinggi adalah dirinya tidak perlu menunggu untuk dijemput. Karena lift hanya digunakan untuk Axton saja.

Ketika pintu lift tertutup Ara dapat melihat Axton baru saja keluar dari ruangannya dengan wajah paniknya.

Ara menekan dadanya dengan rasa sesak yang memenuhinya. Tujuannya adalah meminta keterangan pria itu. Bukan menyaksikan perselingkuhan pria itu.

Sialan!

Ara tidak bisa menahan isakannya ketika dadanya terasa begitu sesak. Kenapa dirinya menjadi mengenaskan begini. Demi tuhan ini baru dua hari kerja dan Ara disuguhkan oleh adegan seperti itu.

Apa selama ini hal seperti ini yang di simpan Axton di perusahaannya ? Ara tak pernah berpikir jika suaminya akan melakukan seperti ini.

Sialan! Kenapa dirinya terus memikirkan pria itu. Sialan sekali!

Lift berbuka dan Ara mengusap air matanya kasar. Dengan langkah cepat Ara keluar dari lift dan melangkah di tengah lobby yang terlihat cukup sepi karena jam kerja sudah di mulai.

Ara menyesali keadaannya yang tidak membawa apapun. Bahkan tasnya dia tinggal di ruangannya. Saat ini Ara hanya membawa tubuhnya saja.

"Aratha!" Teriak seseorang membuat Ara menoleh dan segera mempercepat langkah kakinya menuju salah satu taksi yang berhenti di depan Lobby.

Dengan panik Ara masuk ke dalam taksi itu dan segera menyuruh pria itu untuk bergerak.

Tepat sebelum Axton mampu menggapainya mobil melaju dengan cepat. Ara dapat melihat jika Axton memaki dan menatap kearah taksi dengan rasa kesalnya.

*-*-*

Axton memasuki ruang divisi penempatan Ara di perusahaannya. Semua orang yang melihatnya langsung berdiri dan memberikan hormat.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Axton masuk ke dalam ruangan divisi di perusahaannya. Semua itu dikarenakan Axton memang tidak memiliki kepentingan untuk datang kemari.

Tetapi Axton harus memastikan sesuatu dan Nail mengatakan jika Ara meninggalkan perusahaan tanpa membawa apapun

Axton sudah mengutus beberapa anak buahnya untuk mencari Ara karena bisa dipastikan jika perempuan itu tidak akan kembali ke apartemen mereka dalam keadaan seperti ini.

"Mr. Ellard" sapa seseorang yang membuat Axton melirik perempuan itu dengan nametag Celline.

"Ada yang bisa kami bantu ?" Ucap selanjutnya dan Axton melirik ruangan ini dengan wajah datarnya.

"Aku hanya ingin mengambil tas milik Aratha" ucap Axton dan semua orang terlihat terkejut. Tetapi mereka menutupinya dengan terkejut.

Dengan cepat Celline segera mengambil di atas meja tersebut dan menyerahkan pada Axton.

"Terima kasih" ucap Axton sebelum membalikkan badan dan meninggalkan ruangan itu tanpa mempedulikan reaksi apa yang diberi semua orang di dalam ruangan itu.

Ketika menunggu lift mengantarkannya kearah Lobby. Sebuah pesan masuk di ponselnya dan Axton segera membacanya.

Pesan dari Nial yang memang membantunya dalam pencarian Ara. Jika Axton mencarinya sendiri tentu saja tidak akan dengan mudah Axton menemukan perempuan itu.

Jadi tentu saja Axton memanfaatkan kekuasaannya untuk melacak istrinya dimana.

Isi pesan tersebut membuat Axton menggenggam ponselnya dengan erat. Rasa marah langsung memenuhi dadanya saat ini.

"Mencari tameng heh ?" Gumam Axton dengan senyuman sinisnya.

*-*-*

Casabelle ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang