Chapter 37

30.6K 2.9K 98
                                    

Maaf ya wehehe telat update

Banyak banget pekerjaan hari ini dan belum nulis sama sekali

Terus sama mohon maaf ya buat yang komentar next-next-next berkali-kali nanti bakalan aku hapusi beberapa.

Aku punya kegemeran buat baca komentar kalian yang menggemaskan. Tetapi karena banyak komentar yang next terus menerus jadi gk kelihatan hehe

Jadi jangan komentar next-next terlalu banyak ya. Jadi bingung mau bacanya hehe

Nanti aku bakalan usahain update secepatnya ya

Mohon maaf dan terima kasih banyak ya buat kalian yang sudah antusias dengan karyaku

Happy reading

Big luv
Ififah75

*-*-*

Ara memegang sprei dengan remasan yang kuat. Pikirannya begitu kusut saat ini. Perutnya terasa melilit. Ara menatap AC yang menyala tetapi terasa tidak menyala.

Sepertinya dirinya akan melahirkan saat ini. Perutnya terasa begitu sakit dan tubuhnya serasa akan di belah menjadi dua.

Sejak tadi sore perut Ara memang sudah merasa tidak enak. Tetapi Ara pikiran hanya kram biasa sejak sore. Tetapi Ara baru menyadari jika rasa sakit itu terus konstan menghampirinya

Dengan tangannya yang bergetar Ara menggapai gagang telfon di atas nakas. Ara tidak tau tombol mana yang di tekannya. Saat ini yang menjadi fokusnya adalah meminta bantuan siapapun yang bisa membantunya.

Ara tidak mau harus berakhir mengenaskan di sini. Melahirkan seorang diri dan mengorbankan keselamatan bayinya

Sudah lama Ara menanti bayi ini. Anaknya yang sudah di tunggu begitu lama. Selalu membayangkan siapa yang akan dijiplak oleh anaknya ini.

Ara ataupun Axton ? Sialan! Membayangkan Axton perutnya semakin merasa sakit.

Ara menunggu beberapa saat hingga sebuah suara terdengar menyahut dari sana.

"Halo ?" Ucap pria itu dan Ara memegang sprei erat-erat sebelum berbicara.

"Aku, aku sepertinya akan melahirkan. Panggilkan dokter" ucap Ara dengan suara bergetarnya.

Bukannya jawaban yang didapatkannya tetapi sebuah teriakan terdengar begitu keras.

"Panggilkan dokter untuk keatas! Menantuku akan lahiran" teriakan tersebut membuat Ara menatap gagang telfon dengan bingung.

Apakah itu Gaston ? Pria sialan yang menyebalkan itu ?

Ara menaruh gagang telfon sembarangan dan Ara berusaha tidak berpikir lainnya. Hanya berdoa semoga mereka dengan cepat datang.

Tidak sampai lima menit pintu terbuka dan memunculkan beberapa orang yang langsung masuk ke dalam. Termasuk Vanessa dan juga pria yang merupakan Ayah mertuanya.

Gaston hanya menggunakan piyama berwarna hitam dan terlihat menatapnya khawatir. Untuk pertama kalinya Ara melihat sebuah ekspresi di wajah pria itu.

Ara tersenyum kecil di tengah rasa sakitnya. Hingga perempuan yang diduganya adalah seorang dokter bergerak membantunya.

Menyiapkan dirinya untuk melahirkan. Bahkan Vanessa terlihat berdiri di sampingnya dengan wajah tak kalah khawatirnya.

Hingga dokter tersebut mengatakan jika memang saatnya Ara untuk melahirkan. Rasa sakit semakin terasa begitu besar dan Ara bahkan ingin sekali menangis saat ini.

Tetapi melihat wajah khawatir Ayah mertuanya. Ara ingin sekali tertawa tetapi di tengah rasa sakitnya.

"Pak tua" gumam Ara tiba-tiba yang membuat semua orang di sana langsung terdiam.

Casabelle ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang