Satu Minggu liburan dan Aruna galau berat ditinggal dua sahabatnya liburan. Aruna terjebak di dalam kamar. Tidak pernah keluar kecuali makan.
Sore ini, tak disangka-sangka Aren datang berkunjung kerumah. Rania yang sedang duduk santai menonton tv terkejut.
"Mama!"
Alis Rania berkerut heran, "Tumben banget? Biasanya juga ogah banget diajak kesini."
Aren cengengesan sambil garuk kepalanya yang tak gatal.
"Mau ketemu Runa?" tebak Rania.
Aren mengangguk membenarkan.
"Yaudah, keatas aja langsung. Runa daritadi gak keluar kamar, masih galau karena rangkingnya turun." kata Rania.
Aren mengangguk lagi, "Aren ke atas ya, Ma." pamit Aren lalu berlari menaiki tangga menuju kamar Aruna.
Tanpa mengetuk, Aren langsung masuk kedalam. Mendapati Aruna yang sedang bergelung dengan selimut dan menyetel lagu galau. Jangan lupakan keadaan kamar yang gelap gulita.
Aren menyalakan lampu membuat Aruna mengerang merasa terganggu. Dia langsung saja membuka selimutnya.
"Ngapain sih?" gerutu Aruna.
"Bangun! Ayo jalan!"
Aruna memutar bola matanya malas, "Gak."
Aren mendelik, ia langsung mendekat dan menarik selimut Aruna saya gadis itu hendak kembali menutupi wajahnya.
"Ih! Kenapa sih Lo?" seru Aruna kesal.
"Lo masih marah sama gue?"
"Marah kenapa? Gak usah ngomong yang enggak-enggak ya!" sungut Aruna.
Aren menghela napas, "Bukannya setiap peringkat Lo dibawah gue Lo selalu jauhin gue, ya?"
Aruna melotot tak terima. "Dih apaan? Gue gak gitu ya!"
"Halah!"
"Tujuan Lo dateng kesini tuh ngapain sih?" tanya Aruna greget. Pasalnya Aren malah terlihat ingin mengajaknya debat dibanding ngajak dia jalan.
"Ya ngajak Lo jalan lah! Biar gak galau-galauan melulu." jawab Aren.
Aruna menatap Aren sengit. Ia meraih bantal dan melemparkannya ke wajah Aren.
Aren dengan gesit menghindar. Ia menatap Aruna heran sekaligus kesal. "Kenapa sih Lo? Jarang-jarang loh gue ngajak cewek jalan. Kalau yang gue ajak itu temen Lo yang itu, dia pasti langsung jerit-jerit." kata Aren.
Aruna mendengus, "Sembarangan!"
"Loh? Emang bener kan?" kata Aren songong.
"Berisik! Udah sana! Keluar! Gue gak mau!"
Aren berdecak, "Gak ada yang boleh nolak gue! Cepet bangun! Bangun gak?!" perintahnya.
Aruna mendecih, "Jujur gue bingung kenapa masih ada aja orang yang suka sama Lo. Padahal kelakuan Lo aja gak ada ganteng-gantengnya!"
Brak!
"AREN! SAKIT!"
Aruna berteriak kencang saat dengan lancangnya Aren melemparkan kembali bantal dan mengenai wajah Aruna langsung. Sampai-sampai kepala Aruna terbentur dinding.
Rania yang mendengar bunyi gedebak-gedebuk dari atas langsung berlari menghampiri. Tapi tak lama dua tersangka langsung muncul sebelum Rania sampai di kamar Aruna.
"Ma, Aren bawa Runa-nya, ya. Gak sampe malem banget kok, jam delapan langsung dipulangin." kata Aren.
Rania menatap putrinya yang cemberut, terlihat tidak ingin diganggu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
JugendliteraturSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...