14. Hari Baru, Pengalaman Baru

225 37 4
                                    

Suasana kelas ramai begitu para siswa bertemu kembali dengan teman-temannya setelah kembali dari liburan semester.

Keriuhan itu tak lepas dari penglihatan Agas. Moodnya sedang berantakan. Pagi-pagi sekali dia pulang kerumahnya, dan disambut dengan amukan sang adik. Naina kesal karena Agas pergi begitu saja seakan menyalahkannya setelah apa yang semuanya terjadi. Ditambah Aruna yang juga uring-uringan karena dia terlambat menjemputnya tadi.

Matanya langsung saja tertuju pada gadis dengan rambut sebahu yang baru saja tiba dengan sang pujaan hati. Agas segera berdiri menghampiri.

Mengambil tas Nadiva dan berjalan disampingnya.

Nadiva terkesiap sebelum akhirnya tersenyum lalu kembali mengobrol dengan Prita. Ya. Prita Titania Azzahra.

"Kamu pertama kali masuk ke kelas ini kan, Nad? Nah biar aku kasih tau beberapa hal yang harus kamu lakuin dan hindarin supaya bisa jadi ranking dua kaya aku."

Kening Agas mengerut tak suka mendengar topik pembicaraan Nadiva dan Prita.

"Yang pertama---"

"Bentar deh, kalau Lo ngasih tips kaya gitu, berarti ntar posisi Lo kegeser dong?" potong Agas ingin nimbrung.

Prita terdiam sesaat, sedikit takjub bisa mengobrol dengan Agas. "Ehm kan nanti gue naik keatas, biar Nadiva yang dibawah gue hehe."

Kening Agas makin berkerut dalam, "Apaan banget bahasanya. Lagian ya, Lo itu tuh gak bakalan bisa ngegeser posisi Agatha. Level Lo berdua tuh bener-bener terbentang jauh." dengus Agas tak suka.

"Udah Nad, daripada ngomong sama orang yang gak bisa menghargai kamu, mending kita duduk. Bentar lagi Pak Ilham masuk." sambung Agas sambil menarik Nadiva agar lekas duduk di bangkunya.

Prita mencebik kesal. Agas itu, pasti selalu membabat habis semua orang yang menjelek-jelekkan sahabatnya. Mau itu becanda atau tidak, Agas jelas tak akan terima.

Tapi sayang sekali, Prita tidak bisa membenci Agas sekalipun laki-laki itu mencaci makinya. Dia terlanjur jatuh ke pesona seorang Agasthya Abdiel Agam itu.

•333•

Tepat sebelum Pak Ilham masuk, Agatha dan Aruna tiba. Mereka sedari tadi diam di ruang koperasi. Sedang menstabilkan hati Agatha yang sudah kesekian kalinya ditolak oleh Aren.

"Wooaaah Agatha, Lo gak mau berbangga diri kah?" seru Rian begitu Agatha masuk.

Agatha melirik Rian sebentar, lalu tersenyum tipis. Tidak berniat menanggapi. Tetapi, matanya menangkap sosok Aren yang duduk dibelakang Rian, sedang santai saja bermain ponsel.

Agatha menghela napas panjang.

"Berbangga diri untuk apa, Rian?" sahut Pak Ilham.

"Eh, Pak." Rian cengengesan. "Tentu saja untuk itu Pak, Agatha kan sudah lima kali berada dipuncak." jelasnya.

Pak Ilham menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dia kemudian menyuruh semua murid untuk duduk rapi dan berdo'a sebelum memulai pelajaran.

Setelah selesai, barulah dia memulai.

"Baik, anak-anak. Tidak perlu berkenalan dua kali, kalian pasti sudah tau siapa dan kenapa saya berada disini bukan?"

"Iya pak." jawab mereka semua kompak.

"Nah kalau begitu, langsung saja. Kerjakan soal yang bapak share di grup chat kelas, kalau sudah dikumpulkan di meja bapak ya. Bapak ada urusan, jadi tidak akan mengajar hari ini." terang Pak Ilham.

Three or NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang