Gemerlap bintang di langit menjadi hiasan terindah dimalam tahun baru. Apalagi jika ditambah ratusan kembang api yang menyala-nyala.
Kediaman keluarga Adiputra terlihat ramai. Banyak orang yang bolak-balik mencari ini-itu. Teriakan kesal Aruna mendominasi kebisingan karena terus dijahili Agas. Dan Agatha sibuk membantu membakar sosis serta beberapa tusuk sate dengan ayahanda tercinta.
"AGASTHYA BEDIL!! LO BISA DIEM GAK?" teriak Aruna menggelegar.
Di belakang rumah, Rania menepuk dahinya heran, "Yaampun anak siapa, sih. Cempreng banget suaranya."
"Anak kamu, tuh!" seru Daniar yang baru selesai menghidupkan api yang padam karena ulah Agatha.
Rania menyenggol lengan Daniar keras, tersinggung. "Eh giliran yang buruknya aja gak mau ngaku."
Luna terbahak mendengarnya. "Kalian berdua tambah tua kok tambah lucu sih?"
"Lah Lo sama Arya tambah tua kok tambah cantik sama ganteng sih?" tanya balik Rania yang diangguki suaminya.
Luna tersipu, "Ya orang rajin banget--"
"Apa hayo," Rania menggerlingkan matanya menggoda. Luna tertawa, "Rajin banget perawatan bareng, say. Kadang seminggu sekali ke spa bertiga sama Ata juga, perawatan."
Rania menutup mulutnya dramatis, lalu melirik Daniar yang pura-pura tidak mendengar. "Tuh, Mas. Luna aja sama Arya sering perawatan bareng, masa kita enggak?"
Daniar merasakan bulu kuduknya berdiri, buru-buru dia berdiri dan berjalan menjauh. Takut dimintai uang untuk perawatan kecantikan yang menurutnya sangat ribet itu.
Luna tertawa terbahak-bahak sementara Rania tersenyum masam. "Liat Lun! Daniar malah kabur gara-gara gak mau dipintain uang buat perawatan."
"Ternyata masih sama kaya dulu, ya." tanggap Luna sambil cekikikan.
"Yah begitulah, umur hanyalah angka. Sifat sama muka masih sama aja."
Sedang asik mengobrol, teriakan kesal Aruna kembali mengudara. Rania berjengit ngeri, dia sepertinya harus menegur anak tunggalnya itu. Buru-buru dia pamit pada Luna dan langsung ngacir kedalam.
Sementara itu, didalam telah terjadi perkelahian kecil antar Aruna dan Agas. Rambut Aruna sudah acak-acakan karena mengamuk seperti singa saja.
Agas dikejar Aruna yang memegang pisau dengan tatapan tajamnya.
Hal ini terjadi karena sedang santainya Aruna memotong buah-buahan untuk dibawa keluar, tapi dengan isengnya Agas mengambil beberapa potong sampai-sampai habis tidak bersisa. Aruna jelas kesal. Sudah dibiarkan dua kali pun keisengan Agas terus berlanjut.
"KETANGKEP SAMA GUE ABIS YA LO!" seru Aruna terdengar sangat menyeramkan ditelinga Agas.
Agas kalang kabut, lari kesana-kemari secepat mungkin. Tinggal beberapa langkah jarak antara dirinya dengan Aruna, Agas tak sengaja menabrak guci antik yang dipajang di ruang tamu.
Prang!
Gucinya pecah berkeping-keping. Keduanya terdiam kaku begitu mendengar suara nyaring tersebut.
"ARUNA! AGASTHYA!"
Lengkingan Rania membuat dua manusia itu makin ketakutan.
"APA-APAAN INI HAH? UDAH BESAR TAPI KELAKUAN MASIH KAYA ANAK KECIL AJA!"
*333*
Acara malam tahun baruan terus berjalan lancar. Tujuh manusia berkumpul di halaman belakang sambil menikmati hidangan yang mereka buat bersama-sama tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Novela JuvenilSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...