Arya sedang duduk di ruang tamu bersama istri dan anak semata wayangnya. Dengan sebuah laptop didepannya, Agatha duduk diatas karpet putih dengan bulu-bulu halus.
"Deg-degan ya?"
Agatha mengangguk, "Banget! Kalau nanti Ata gak keterima gimana, Pi?" Agatha memasang raut wajah murung.
Arya menggeleng, berusaha menepis segala pemikiran buruk putrinya. "Keterima kok! Papi jamin!"
"Kalau gak keterima, Ata harus gimana?"
Luna segera mengusap bahu Agatha lembut, ia mengulas senyum tipis. "Sekalipun hasilnya tidak sesuai keinginan kamu, nanti kita kejar bareng-bareng ya?"
"Apanya, Mi?" Arya bersaut bingung.
Luna segera menatap Arya heran, "Ya impian Ata lah!"
Agatha tersenyum lebar. Rasanya sudah lama sekali ia tidak berkumpul dengan keluarganya. Dengan formasi lengkap. Luna dan Arya sengaja mengajukan cuti hari ini untuk menemani Agatha.
Mereka tidak mungkin membiarkan putri mereka sendirian di masa penting ini.
Ponsel Agatha yang sejak tadi meminta panggilan video bersama Agas dan Aruna baru tersambung. Memunculkan wajah Agas yang sepertinya baru bangun dari tidur siang.
"Halo, Ta." sapa Agas dengan suara seraknya.
"Kamu baru bangun?" tanya Arya yang sudah jelas-jelas jawabannya.
Namun Agas tetap menjawab, "Iya, Pi. Tadi pas pulang sekolah ngantuk, jadinya Aku tidur sebentar." Setelahnya Agas menguap, membuat mulutnya terbuka lebar-lebar.
"Duh Gas! Kalau kita kesedot gimana?" gerutu Agatha becanda.
Agas tertawa kecil. "Agas cuci muka dulu, ya." katanya sebelum sosok Agas menghilang.
Ia tidak mematikan kameranya membuat keluarga kecil itu bisa melihat isi kamarnya. Kebetulan Agas menyimpan ponselnya diatas meja belajar. Membuat mereka bisa melihat setiap sudut kamar laki-laki itu.
Tak lama, Aruna ikut tersambung. Wajahnya baru muncul di layar.
"Halo Pi, Mi. Halo, Ta!" Aruna menyapa. Dengan wajah yang penuh dengan tepung. "Sorry baru diangkat. Hp gue ditinggal di kamar. Gue nya lagi repot di dapur."
Agatha mengangguk, "Gak apa-apa. Santai aja."
"Lagi bikin apa, Na?" tanya Luna penasaran. Sebab sepertinya hampir seluruh wajah Aruna tertutupi tepung. Tidak, itu berlebihan. Hanya ada beberapa noda tapi cukup membuat sepasang suami istri itu penasaran.
"Runa lagi bikin bolu buat Papa." bukannya Aruna, tetapi Agatha yang menjawab.
"Loh Daniar udah suka bolu sekarang?" Arya menyahuti bingung. Sebab, sebagai teman dari zaman SMA, Arya tahu segalanya tentang Daniar. Lamanya pertemanan membuat mereka mengetahui segala sesuatu satu sama lain.
Mulai dari Arya yang alergi udang, Daniar yang tidak suka berbagai macam bolu ataupun kue dan Agas yang alergi kacang-kacangan.
"Gak tau tuh Pi, lagi kepengen nyoba aja kali." jawab Aruna setelah lama berfikir. "Oh iya Agas mana?"
"Cuci muka dulu katanya."
Saat Agatha menjawab demikian, muncul suara yang tidak asing ditelinga mereka. Sumbernya dari Agas. Teriakan kesal diikuti gedoran pintu.
"Kakak! Kakak ya yang laporin aku ke Ayah sama Bunda? Kakak! Jawab heh!"
Aruna langsung menatap Agatha. Itu pasti Naina, adik Agas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Novela JuvenilSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...