Entah sudah hari Senin yang keberapa. Tetapi para murid terus menggerutu kalau pembina upacara menyampaikan amanat yang panjang. Alhasil kaki mereka menjadi pegal.
Sebuah umpatan dikeluarkan Agatha begitu kakinya menginjak teras kelas. Agas yang disampingnya tertawa kecil mendengarnya.
"Gila banget, setengah jam ada tuh dengerin beliau ngomong." omel Agatha kesal.
"Bener! Kaya sebagian besar upacaranya cuman dengerin beliau ngomong. Capek banget! Mana yang dibahas pasti UTBK lagi UTBK lagi!" Aruna ikut mengomel.
Agas hanya menertawakan kedua sahabatnya itu. Ia kemudian beralih pada Nadiva. Ia memberikan sebotol air mineral pada Nadiva.
Nadiva menerima, lalu meminumnya setelah mengucapkan sepatah kata terimakasih.
"Pelajaran pertama, siapa deh hari ini?" tanya Aruna tiba-tiba amnesia.
"Pak Ilham." Agas dengan berbaik hati menjawab.
Aruna dan Agatha langsung lemas mendengarnya.
"Duh gak bisa nih gue diserang gini." kata Aruna lebay.
"Berisik!" seru Aren yang duduk disebelahnya.
Aruna yang mendengarnya mendengus kesal. "Lagian Lo ngapain masih disini? Masuk sono!"
"Menurut Lo aja?" balas Aren jutek.
Aruna rasanya ingin merobek mulut menyebalkan Aren itu.
Memang benar sih, seharusnya mereka sudah masuk ke kelas dan duduk di bangkunya masing-masing. Tetapi, setelah upacara bendera yang membuat kakinya pegal itu, mereka sudah terbiasa mengadem didepan kelas.
Sejuk sekali rasanya.
Tiba-tiba saja Kalingga datang dari dalam. Ia menggelengkan kepalanya heran melihat orang-orang yang sedang selonjoran bahkan tiduran di lantai. Mencari kesejukan yang memuaskan.
"Pada masuk gih! Pak Ilham bentar lagi masuk." kata Kalingga.
"Bentar, Kal. Panas gini kalau masuk kelas gak nyaman tau." ujar Agas. "Sumpek!" timpal Agatha menyutujui.
Kalingga menghela napas panjang. "Yaudah, tapi ntar kalau Pak Ilham udah kesini, harus udah pada di kelas, ya?"
Semua orang yang duduk didepan kelas itu mengangguk secara serentak.
"Oki, Kal!"
"Sip!"
"Heeh"
"Iyaa."
Kalingga lalu menatap Aruna, lantas berbicara, "Ayo, Na!" sambil berjalan menjauh. Entah akan pergi kemana.
Aruna yang diajak bicara langsung mengangguk. Ia lantas berdiri dan mengikuti langkah Kalingga yang semakin menjauh. Menimbulkan tanda tanya besar bagi orang disekitarnya.
Apalagi bagi Agatha dan Agas.
"WOI! ARUNA MAU NGAPAIN LO?"
•333•
Bukan hanya hari itu, bahkan beberapa hari setelahnya Aruna malah makin nempel dengan Kalingga. Sampai gadis itu tidak ada waktu bersama Agas dan Agatha.
Agatha sampai pusing sendiri karena penasaran mampus. Sebenarnya ada apa diantara mereka berdua.
Contohnya saja hari ini, Agatha lagi bengong didepan minimarket usai beli jajanan untuk ngemil saat belajar nanti malam. Sore ini kota diguyur hujan yang sangat deras.
Agatha sih seharusnya sudah pulang sedari tadi, seusai les bimbelnya. Tetapi karena hujan dan ayahnya telat menjemput, Agatha jadi menunggu didepan minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Fiksi RemajaSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...