Agatha menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk di ruang tamu miliknya. Rasanya lelah sekali setelah membantu sang Ayah membersihkan taman belakang rumah.
"Hey jangan tiduran di sofa! Badan kamu kotor semua itu." omel Arya sambil bawa-bawa sekop dan gunting rumput dikedua tangannya.
"Enak, Pi. Empuk." balas Agatha.
"Ya tapi kan kotor. Ntar dimarahin Mami tau rasa!" seru Arya sambil berlalu. Berjalan menuju gudang.
Agatha mendengus, "Mana Mami mana? Orang gak ada juga Maminya."
Tidak ada sahutan dari Arya. Ayah satu anak itu mungkin sedang sibuk menaruh barang atau membersihkan diri.
Agatha lagi-lagi mendengus kesal. "Tiap Minggu berasa dikasih penanda warna merah doang. Liburnya gak kerasa sama sekali!" teriak Agatha.
Arya kembali dari gudang. Menggelengkan kepalanya heran melihat Agatha yang misuh-misuh ditinggal sang ibu kerja lagi.
"Mami kerja kan buat Ata juga." selalu itu. Selalu itu jawaban Arya saat Agatha mengeluhkan hal ini.
"Papi aja yang kerja, biarin Mami istirahat!" Dan ini juga jawaban yang selalu Agatha lontarkan setelahnya.
Arya tersenyum, lantas ikut duduk didepan Agatha. "Lah inikan impian Mami dari kecil. Mami pengen banget jadi dokter. Emangnya Ata tega renggut impian Mami?"
Agatha bangkit dari tidurnya. Lalu menatap Arya sedih. "Ya maksud Ata gak gitu juga..."
Arya lagi-lagi masih memasang senyum menawan. Ia meraih tangan Agatha dan menggenggamnya. "Gak apa-apa, ya? Kalau Ata butuh quality time sama Mami, tapi Mami belum bisa. Papi bisa kok, gantiin Mami. Anggap aja Papi itu Mami yang selalu kamu kangenin tiap saat. Anggap aja Papi cantik, glowing, dan pinter masak kaya Mami."
Agatha sontak langsung melepaskan tawa. Arya ini, ada-ada saja. Agatha cukup terharu mendengar Arya berbicara demikian.
Agatha merengek, "Mau peluk~" katanya sambil merentangkan tangannya.
Arya tertawa kecil, ia langsung memeluk anak gadisnya ini. Ia memberikan pelukan hangat, dan mengusap rambut Agatha pelan.
"Maaf ya, Pi. Kalau Ata sering ngeluh soal ini." gumam Agatha.
"Iya, gak apa-apa. Papi malahan seneng kalau kamu ngeluh kaya gini. Tandanya kamu masih peduli, kamu masih sayang sama Mami walaupun Mami kurang membagi waktu buat kamu, buat kita."
"Huft udah ah! Ata lagi gak mau nangis!"
"Eh lagian siapa yang nyuruh kamu nangis? Kamu aja yang cengeng tuh." sahut Arya. Ia kemudian berdiri, menjulurkan tangannya pada Agatha sambil tersenyum. "Yuk keluar! Daripada galau-galauan di rumah, mending keluar."
Agatha menggeleng tidak setuju. "Panas-panas gini keluar? Bisa kebakar kulit aku, Pi."
"Ck lebay. Udah ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Ficção AdolescenteSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...