09. Segelas teh hangat bersama Mama

260 44 28
                                    

Dua sejoli didepannya sedang asyik bertengkar, Agas menyesap teh hangatnya dengan damai. Tidak berniat untuk memisahkan sama sekali. Sudah menjadi hal yang biasa jika Agatha bertemu dengan Aren, maka hanya pertengkaran yang terjadi.

Padahal Agas tau sekali, Agatha menyukai Aren. Walaupun cintanya tidak bertepuk, aneh sekali jika Agatha berakhir memusuhi Aren. Entahlah, mungkin ini hanya pengalihan dari salah tingkahnya bisa berada sedekat ini dengan Aren. Bahkan mengobrol-bertengkar.

Lontong sayur pesanan Agatha datang, Agas segera menarik gadis itu untuk duduk disebelahnya. Menjauhkannya dari Aren.

"Makan dulu, baru dilanjut." katanya sambil memberikan seporsi lontong sayur yang baru diantar mas-nya.

Agatha mendengus kesal lalu menurutinya tanpa banyak bicara. Satu suap, dua suap, sampai ludes tak tersisa. Agas menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Kayaknya Agatha kelaparan.

"Belum makan berapa hari Lo?" tegur Aren. "Kaya yang baru nemu makanan aja deh, norak!"

"Apasih, Lo." Agatha menatap Aren kesal.

"Ren, kalau Lo mau jelek-jelekin Agatha mulu, mending pulang aja sana!" seru Agas tak tahan.

"Heh ngusir Lo? Gue bela-belain ngejemput Lo pagi-pagi buta ya anjing!" Seru Aren tak terima. "Kalau mau, yang harusnya Lo usir tuh dia! Udah bikin kursi mobil gue bau gara-gara ileran, mana ngorok kenceng banget, gak bantu gue nyari jalan yang bener. Terus sekarang lagi enak-enakan makan sambil pake jaket Lo. Padahal kita semua tau, Lo itu paling gak tahan sama cuaca dingin!"

Brak!

"Anjing ya Lo!" Agas menggebrak meja didepannya sambil berdiri emosi. Dia menghadap Aren yang masih mempertahankan tampang ngeselinnya itu.

Sedangkan Agatha, diam-diam meremas jaket Agas ketakutan.

"Suruh siapa Lo bawa dia hah? Gue gak nyuruh Lo buat bawa Agatha yang jelas-jelas baru pulang dari rumah neneknya tadi malam. Gue cuma nyuruh Lo jemput gue, tanpa melibatkan orang lain!" tekan Agas.

"Ya gue inisiatif sendiri lah, Lo tau kalau gue gak mau bawa mobil sendirian." Sahut Aren masih keukeuh.

"Terus karena inisiatif Lo sendiri kan semuanya terjadi kaya gini? Terus Lo mau nyuruh gue ngusir Ata?"

"Ck! Udahlah!" Agatha melerai. Membuat kedua laki-laki itu menatapnya bersamaan. "Cuma masalah kecil, kenapa harus dibesar-besarkan? Mending sekarang kita pulang, keburu macet!"

"Ya justru itu! Masalah-masalah kecil ini, semuanya karena Lo!" Agatha menghela napas pendek, "iya-iya salah gue. Udah? Puas kan Lo?" Dia kemudian menatap Agas yang sudah kembali tersulut emosi. "Ayo, Gas. Pulang. Gue gak papa." Ujar Agatha menenangkan.

Agas menatap Agatha yang matanya sudah berkaca-kaca, kemudian ikut menghela napas. Dia berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masuk kedalam mobil diikuti Agatha.

Aren mendengus kesal, dia menendang meja keras. "Dasar cewek!"

•333•


"KALIAN BERTIGA DARIMANA HAH? GAK NGAJAK-NGAJAK GUE? MANA DUA-DUANYA GAK ADA YANG ANGKAT TELEPON GUE!"

Tiga remaja itu disambut teriakan ganas dari si pemilik rumah. Benar, mereka singgah dirumah Aruna. Karena itu satu-satunya tempat yang ingin Agas maupun Agatha datangi.

Bukannya meladeni Aruna yang ngamuk, Agas dan Agatha langsung berlari memeluk Rania yang baru saja keluar.

"Mama!" seru keduanya berbarengan.

Three or NothingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang