Kadang kita lupa, seberapa beratnya hari kemarin saat kita temukan kebahagiaan dihari ini. Senyum cerah Rania dan Daniar adalah hal yang pertama kali Aruna temukan setelah gelap gulitanya hilang.
Ia segera berlari memeluk kedua orang tuanya itu. Membuat Rania sedikit kelabakan karena kedua tangannya memegang kue ulang tahun. Ia segera memberikannya kepada Agas yang juga sudah bergegas mengambil kue tersebut. Takut jatuh.
Aruna masih menangis. Rasa takut masih mendominasi emosinya.
"Udah-udah cup cup cup. Anak Papa kok nangis? Jelek ah." kata Daniar menenangkan.
"JANGAN GITU IH!" teriak Aruna tidak suka.
Daniar dan Rania tertawa kecil. "Iya sayang iya, udah dulu dong nangisnya. Itu lilinnya keburu abis tuh dimakan Agas!" ujar Daniar.
Aruna lalu melepaskan pelukannya. "Oh iya, lupa." Ia kemudian berbalik menghadap Agas yang sudah siap dengan kue ulang tahun milik Aruna itu.
"Make a wish dulu, Na." kata Agatha yang kebetulan berdiri di sebelah Agas.
Aruna menutup kedua matanya. Ia mengucapkan beberapa harapannya di umurnya yang baru ini. Kemudian ia kipaskan kedua tangannya diatas Lilin yang menyala terang tersebut. Yang menghasilkan angin dan otomatis membuat api di lilin tersebut padam.
Agas dan Agatha tersenyum lebar.
"Welcome to your eighteenth year, Aruna!" seru keduanya berbarengan.
Aruna ikut tersenyum lebar, ia sangat terharu. Ia langsung mengambil kue yang dipegang Agas dan memberikannya kepada Rania. Lalu dengan cepat memeluk kedua sahabatnya itu erat.
•333•
"Selamat ulang tahun, Runa."
Kalimat sapaan manis dari pemuda manis pula menyambut Aruna pagi ini. Aruna tersenyum lebar. Ia senang sekali. Agas yang berada disampingnya bahkan sampai ngeri jika mulut Aruna akan sobek karena tersenyum terlalu lebar.
"Terimakasih, Kalingga." jawab Aruna lemah lembut. Yang membuat Agas ingin muntah saat itu juga.
Kalingga ikut tersenyum, lantas memberikan sebuah paper bag yang Aruna yakini terdapat sebuah kado untuknya.
"Diterima ya, gak seberapa sih. Tapi gue harap Lo suka." kata Kalingga.
Aruna tatap mata pemuda itu lantas berkata, "Makasih banyak, gue pasti suka."
Agas berdehem keras agar dua manusia disampingnya itu menyadari keberadaannya disini.
"Biasa aja kali natapnya, kaya gak pernah saling tatap aja." Sindir Agas yang membuat kedua manusia itu mengalihkan kedua matanya. Malu.
Aruna dengan sebal menginjak kaki Agas. "Ganggu aja Lo!" desisnya pelan.
Agas tersenyum kotak. Ikut kesal mendengarnya. "Udah ah ayo masuk, Ata pasti udah nunggu di kelas." ajak Agas sambil merangkul Aruna didepan Kalingga.
"Duluan, Kal." pamit Aruna sambil berlalu pergi dengan Agas.
Keduanya berjalan sambil mengobrol ria. Melewati koridor yang ramai. Beberapa kali Aruna menerima ucapan selamat ulang tahun dari beberapa orang yang mengenalnya. Aruna balas dengan mengucapkan terimakasih dan tersenyum. Ia senang sekali, banyak orang yang mengetahui hari kelahirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three or Nothing
Dla nastolatkówSemua orang juga tahu, di mana ada Agatha pasti ada Aruna dan Agas dibelakangnya. Di mana ada Aruna, pasti ada Agas dan Agatha disampingnya. Begitulah mereka, selalu bersama-sama di manapun mereka berada. Ketiganya mengukir kisah SMA sebagai siswa...